Tak ada pilihan lain, Kharisma menghapus cuitannya. Lalu menulis surat terbuka permintaan maaf kepada Keluarga Besar Presiden RI Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana.
Dia minta maaf atas unggahannya yang -- menurut Kharisma sendiri -- menyinggung perasaan anggota keluarga Pak Presiden.
Anehnya, dia juga menegaskan tak minta maaf kepada "... Â para pendukung fanatik rezim ini, yang merasa bisa berbuat sesukanya sendiri tanpa mengindahkan moral dan etika ...." Alasannya, "... karena saya bukan ... Â perundung, dan tidak sedikitpun saya membenarkan perbuatan semacam itu."
Astaga. Kharisma, jangan ngelantur. Kamu kan gak berbuat salah pada para "pendukung fanatik rezim". Jadi gak ada relevansinya bawa-bawa  mereka. Kamu itu suudzon menuduh netizen yang merujakmu itu semua "pendukung fanatik rezim". Â
Kamu juga bilang dirimu bukan perundung. Lha, kalau gak merundung Ibu Iriana, lalu apa perlunya kamu minta maaf pada keluarga Presiden Jokowi.
Pakai logika. Ini soal dugaan ujaran menista Ibu Negara Iriana. Fokus di situ. Jangan mengaburkan masalah pokok dengan cara mlipir menyerang para "pendukung fanatik rezim".
Lelaki Perundung, Lelaki Pecundang
Sejatinya, ujaran Mahyar dan Kharisma itu bisa digolongkan argumentum ad hominem. Pernyataan yang menyerang pribadi, dalam hal ini merendahkan, tanpa perduli pada konteks dan substansi kejadian.
Dasarnya hanya semata tak suka, karena suatu alasan subyektif, pada individu yang dihina. Mahyar tak suka pada PM Rishi Sunak (dan PM Justin Trudeau?). Â Kharisma tak suka pada Ibu Negara Iriana.
Itu sebabnya ujaran mereka keluar dari konteks dan substansi peristiwa. PM Sunak sedang mengikuti gala dinner KTT G20 dengan dress code yang dirancang Indonesia. Ibu Negara Iriana, dalam rangka KTT G20, sedang menerima Ibu Negara Korsel untuk minum teh dan mengenal seni-budaya dan produk budaya Indonesia.
Ketika netizen Indonesia balas menyerang Mahyar dan Kharisma yang dianggap menista, kedua lelaki itu "ketakutan". Unggahannya langsung dihapus, lalu minta maaf.
Tapi, sambil minta maaf, mereka berupaya mengalihkan isu. Mahyar mendadak bicara tentang keunikan budaya yang tak boleh direndahkan atau dimanfaatkan politisi untuk pencitraan. Dia berkelit dari ujarannya yang merundung PM Sunak, PM Trudeau, dan budaya Indonesia.