Lagian barang yang dilemparkan itu kaos, lho. Ringan dan empuk. Â Bisa bayangkan jika sepeda yang dibagikan dengan cara itu? Jangankan mengangkatnya, memegangnya saja Pak Jokowi tidak, saat bagi-bagi sepeda.
Bikin heran sebenarnya.  Apa cemberut itu salah banget sehingga harus dikecam? Lha, sekarang banyak warga yang sepanjang hari cemberut gara-gara harga solar dan pertalite naik.  Gak jadi berita, tuh!
Lagi pula, bukankan perempuan cemberut itu jadi terlihat cantik? Â Ini kata para suami tentang istrinya, lho. Â Kecuali para suami doyan membohongi istri mereka.
Kata seorang rekan di WAG, Mbak Puan cemberut itu gak salah, sih. Â Yang salah itu orang yang menyebar-luaskan foto dan video Mbak Puan cemberut.
Lha, kok nyalahin orang lain. Itu orang yang nyebar foto dan video gak salah. Â Mereka justru jujur dan terbuka. Â Sesuai dengan hakikat demokrasi di negara ini, kan? Â Membuka dan menyebar-luaskan hal-hal yang dianggap keburukan orang lain. Â Begitulah praktek demokrasi kita.
Makanya ada orang yang bilang presiden kita itu planga-plongo, dungu, bodoh. Â Demokrasi, Bung! Ah, alangkah sedapnya demokrasi di negeri ini.
Jadi, sudahlah. Â Berhentilah meributkan Mbak Puan cemberut, Mbak Puan ulang tahun, Mbak Puan gak ngundang Ganjar, Mbak Puan makan pecel, Pak SBY mau turun gunung, Pak Jokowi tiga periode, Â Pak Anies ganti nama jalan, dan lain sebagainya. Â Itu bahan gosipan emak-emak di Gang Sapi Jakarta, tauk.
Ada banyak masalah besar yang memerlukan solusi di negeri ini. Â Memerlukan kontribusi kita semua. Di sekitar kita misalnya ada 26 juta warga miskin!
Angka kemiskinan itulah antara lain yang harus kita ributkan kalau mau ribut.Â
Ataukah kapasitas IQ kita tak memadai untuk meributkan hal-hal yang seharusnya diributkan? (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H