Jangan tanya Engkong Felix. Dia tekor gak tekor, sohor gak sohor. Alias gaje.
Sudah pasti Engkong Felix tak keberatan Admin K digaji oleh kompasianer. Memang begitulah perilaku kapitalisme, di dunia nyata maupun maya. Admin berhak mendapat fee atas pengelolaan sumberdaya kompasianer.
Gak setuju? Monggo, ghosting dari Kompasiana. Bikin blog sendiri kalau kamu mampu. Sudah ada yang begitu. Silahkan ikuti jejaknya. Kamu kira gampang?
"Biar Admin yang mikir." Itu kata Engkong Felix dalam artikel kemarin.
Maksud Engkong, biarkan Admin yang berpikir dan berupaya mengembangkan, membesarkan, dan mentenarkan Kompasiana. Mikir soal topil yang terkadang gak menenggang rasa; kerjasama konten yang memihak milenial; lomba blog demi kepentingan sponsor; menciptakan insentif menulis yang tak selalu menarik; menebalkan kuping pada nyinyiran kompasianer kenthir; memoles tampilan Kompasiana; mengembangkan fitur dan sub-kanal; Â distribusi K-Rewards yang gak seberapa dan gak merata.
Semua itu demi meningkatkan semangat dan produktivitas menulis kompasianer, membagikan konten terbaik walau tak dibayar. Itu akan meningkatkan trafik pengunjung Kompasiana. Lalu iklan, kemudian pendapatan.
Jadi, iri hatikah kamu pada Admin karena kamu telah menggaji mereka untuk itu semua?
Harusnya kamu bangga sebagai kompasianer. Bisa menggaji Admin dari ketekoranmu.Â
Sebab terberkatilah kamu yang memberi dari kekuranganmu. Kamulah alasan untuk Kompasiana tetap ada. Ini gak lebay, kan?
Yang Engkong paparkan di atas sudah sesuai dengan teori pertukaran sosial. Setiap pemberian punya imbalannya sendiri. Tekor di sini untung di sana. Begitulah dunia kita.
Jadi silahkan berbangga diri. Engkong sih woles ae. (eFTe)