Lalu dengan cepat berbalik lagi menatap tepat ke mataku. Air mukanya tampak pucat-pasi.
"Maaf, Bapa. Itu tak mungkin. Beliau Bapa Johanis. Sudah meninggal tahun lalu. Tanggal duapuluh Desember, malam." Suaranya rendah, setengah berbisik, bergetar.
Aku diam terpaku seperti tunggul kayu. Tak percaya. Hari ini tanggal 21 Desember. (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!