Lalu dengan cepat berbalik lagi menatap tepat ke mataku. Air mukanya tampak pucat-pasi.
"Maaf, Bapa. Itu tak mungkin. Beliau Bapa Johanis. Sudah meninggal tahun lalu. Tanggal duapuluh Desember, malam." Suaranya rendah, setengah berbisik, bergetar.
Aku diam terpaku seperti tunggul kayu. Tak percaya. Hari ini tanggal 21 Desember. (eFTe)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!