Malam berlalu hening dalam lelap tidur. Kami pasti terlalu lelah di perjalanan.
Aku terbangun oleh gemercik air di kamar mandi. Rupanya istriku sudah lebih dulu bangun. Dia sedang cuci muka.
Kulirik kedua anak gadis kami. Mereka masih lelap dalam selimut.
Aku turun dari ranjang. Melangkah menuju teras belakang kamar.Â
Pemandangan terbuka ke arah Buntu Burake. Di puncaknya tampak jelas patung Yesus Kristus Raja memberkati kota Makale.Â
Terasa damai di bawah naungan kedua tangan-Nya.
"Sudah ke resepsionis? Â Ngurus perpanjangan waktu nginap?" Istriku tiba-tiba sudah berdiri di belakangku.Â
Kami memang berencana menambah hari tinggal di Tana Toraja. Sebab sekalian hendak merayakan Natal di Gereja Katolik Makale.
"Ah, belum. Aku ke bawah bentar, ya."Â
Aku bergegas menuruni tangga ke lobi. Langsung menuju meja resepsionis.
"Selamat pagi, Bapa, " sapa resepsionis pagi itu. Ramah. Dia seorang gadis muda. Dari logat bicaranya, pasti gadis Toraja asli.