Sebagai warga Jalan Amat Buras yang elite, istri Frans ogahlah pakai minyak goreng bekas rendaman tikus.Â
Saat istri Frans hendah membuang minyak goreng itu ke bak sampah depan rumah, lewatlah Mas Sarip, tukang sampah Jalan Amat Buras plus Gang Sapi khusus rumah Poltak.
"Jangan dibuang, bu, kasihkan saya aja," pinta Mas Sarip. Pikirnya, sayang banget buang benda cair mahal gitu.
"Jangan, mas Sarip. Ini udah kemasukan tikus kecil."
"Gak apa-apa, bu. Asal bukan bekas goreng tikus aja." Pikir Mas Sarip, tikus di rumah orang kaya pasti bersih dan wangi juga. Tak apalah.
Ya, sudah. Minyak goreng itu berpindah ke tangan Mas Sarip. "Itung-itung, amal " pikir istri Frans. Amal? Entahlah.
Tadi pagi, istri Frans beli gorengan dari Kang Mamat yang biasa lewat depan rumahnya.
"Tumben, minyak goreng Kang Mamat bening banget," kata istri Frans sambil ngremus dan ngunyah sepotong tempe goreng krispi.
"Iya, bu. Kemarin dapat beli murah minyak goreng bagus dari Mas Sarip," jawab Kang Mamat membanggakan diri.
"Nah, itu tergolong karma, kan, Bang?" tanya Frans pada Poltak, prihatin.
"Wah, karma? Aneh sekali. Coba aku chat Acek Rudy buat nanya," balas Poltak sambil memainkan jemari di kibor hapenya. (eFTe)