Tapi Engkong ingat topik-topik utama artikel itu. Â Pertanian, metode penelitian kualitatif, Batakologi, politik kekuasaan, bahasa, dan kritik pada Kompasiana. Topik terakhir ini bukan keahlian tapi hobby Engkong.
Lalu, setelah sewindu menjadi kompasianer, apakah Engkong Felix jenuh? Â Tidak! Â Engkong tidak jenuh menulis di Kompasiana. Â Tapi terkadang jenuh membaca Kompasiana yang akhir-akhir ini jor-joran mengedepankan artikel-artikel yang tak relevan dengan kebutuhan lansia. Â Kompasiana kini cenderung melayani kepentingan mayoritas milenial.
Tapi hal itu wajarlah. Â Lansia lama-kelamaan surut, walau panjang umur. Â Perannya lama-kelamaan tak diperlukan lagi. Â Kecuali, misalnya, untuk mengisi kursi khusus lansia di MRT. Atau mengisi barisan terdepan bangku-bangku gereja.
Mungkin ada yang bertanya mengapa Engkong tak jenuh menulis di Kompasiana. Jawabannya sederhana: Â karena Engkong kenthir. Kenthir itu kreatif-inovatif, sehingga tak pernah bosan. Â Dia tak hanya menggunakan kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan intuitif yang sarat dengan percikan-percikan serendipitas. Dan serendipitas itu tak pernah membosankan.
Eh, tahu apa itu serendipitas, kan? Tidak? Pernah nonton film Serendipity?
Lupakan, ada yang lebih penting.
Apakah kamu jenuh menulis di Kompasiana? Â Jika "Ya" berarti kamu manusia waras yang patuh pada keteraturan dan rutinitas. Dan peraturan serta rutinitas itu sudah pasti membosankan, bukan? Â Coba jujur, apa kamu tak letih dan jenuh menuruti aturan Admin Kompasiana? Bebal bila kamu tak jenuh.
Ah, Engkong bisa merasakan  seberapa sakitnya jiwamu, wahai, kamu orang-orang yang mengaku diri waras. (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H