Judul artikel ini harusnya ditulis "Farel 'Ojo Dibandingke' karo Avika 'Sayur Kol'". Â
Masalahnya:
- Saya tak tahu caranya membuat huruf miring pada judul artikel di Kompasiana.
- Kalau kata/frasa pada judul diberi tanda petik, sering terjadi auto-deleted.
- Judul seperti itu kok rasa bahasanya keren, ya.
Siapa Farel, lengkapnya Farel Prayoga? Â Kalau kamu gak tahu, berarti kamu bukan orang Indonesia yang cinta tanah air. Â Itu artinya kamu gak nonton perayaan HUT ke-77 Kemerdekaan RI kemarin, 17 Agustus 2022, di Istana Merdeka Jakarta. Â
Farel itu bocah lanang cilik dari Banyuwangi, ujung timur Pulau Jawa.  Dia viral sedunia berkat coveran lagu icampursari "Ojo Dibandingke" karya Abah Lala di saluran YouTube.  Â
Nah, di ujung perayaan HUT ke-77 di Istana Merdeka kemarin, di hadapan Presiden dan Wakil Presiden, para mantan Presiden dan Wapres, para Menteri, dan undangan pejabat dan warga biasa, Farel didapuk menyanyikan lagu itu.
Liriknya -- dengan risiko artikel ini akan dihapus karena kutipan langsung lebih dari 25% -- antara lain sebagai berikut:
Wong ko ngene kok dibanding-bandingke
Saing-saingke, yo mesti kalah
K"u berharap engkau mengerti, di hati ini
Hanya ada kamu
Jelas bedo yen dibandingke.
Ora ono sing tak pamerke
Aku ra iso yen kon gawe-gawe
Jujur, sak onone
Sopo wonge sing ra loro ati?
Wis ngancani tekan semene.
Nanging kabeh ora ono artine
Ra ono ajine
Wong ko ngene kok dibanding-bandingke
Saing-saingke, yo mesti kalah
Tak oyak'o, aku yo ora mampu
Mung sak kuatku mencintaimu
Ku berharap engkau mengerti, di hati ini
Hanya ada kamu.
Tahu artinya, kan? Â Kalau kamu gak tahu artinya, berarti kamu bukan orang Jawa. Â Ya, deritamulah. Â Di negeri mayoritas Jawa ini, mestinya kamu bisa bahasa Jawa sikit-sikitlah.
Yang bikin gempar jagad politik domestik adalah penggantian kalimat "Hanya ada kamu" menjadi "Hanya ada Pak Jokowi". Â Orang langsung ribut, "Wah, gak bisa move on dari Jokowi", "Jokowi tiga periode, yes!", "Jokowi gak ada duanya," dan lain-lain semacam itu.
Aih, cah cilik nembang, wong tuwo over-thinking sampai-sampai kena mental.  Mudah-mudahan gak perlu cari solusi ke Rumah Sehat untuk Jakarta.Â
Orang kok gak pada mikir, ya. Â Penggantian kata "kamu" menjadi "Pak Jokowi" pada lirik lagu itu kan gak konsisten. Â Lagu itu kan berkisah tentang sakit hati (loro ati) seorang lajang kepada seseorang yang dicintainya habis-habisan (wis ngancani tekan semene), tapi blas gak dianggap (kabeh ora ono artine). Â Malah dibanding-bandingkan, disaing-saingkan, dengan seseorang lain yang jelas lebih hebat.Â
Lha,bingung, kan? Â Memangnya Pak Jokowi yang dicintai itu membanding-bandingkan "pecinta" Â karo sopo , jal! Â Dengan Pak Probowo, Bu Sri Mulyani, Bu Retno, atau Bu Ida? Â Lha, mereka kan cuma numpang joged di hadapan Pak Jokowi dan Ibu Iriana? Solider. Â Soalnya Pak Jokowi dan Ibu Iriana juga joged sambil duduk di kursi. Itu kaki-kaki kursi sudah dipastikan kuat.
Eh, apakah Pak Wapres ikut joged? Â Ada yang perhatiin gak, ya.
Aku kok gumun, ya. Â Cah cilik nyanyi menghibur kok diperpolitisir (ini kosa kata Orba, lho), ya. Â Mestinya kan, cukup nikmati aja, ikut goyang badane, gitu. Â Ini kan merayakan 77 tahun merdeka. Â Masa sih goyang badan aja gak boleh? Â Kalau gak boleh, terus, definisi merdeka itu yak opo, rek!
Farel "Ojo Dibandingke" kemarin viral, hari ini masih viral, besok masih agak viral, lusa mulai dilupakan, minggu depan ketutup isu baru. Â Begitulah hukum viralitas di media massa dan media sosial.
Hal semacam itu bukan yang pertama. Â Ingat bocah perempuan cilik Avika Siahaan, asli Toba, yang viral gara-gara menyanyikan lagu "Sayur Kol" -- yang dipopulerkan grup musik Batak "Punxgoaran" -- di saluran YouTube tahun 2018? Â
Liriknya -- dengan risiko artikel ini akan dihapus karena kutipan langsung lebih dari 25% -- antara lain sebagai berikut:
Waktu abang pergi ke Siborong-borong
Datang hujan yang amat deraslah
Terkejut abang terheran-heran
Sebab abang belum pernah kesana
Untung datang namboru Panjaitan
Martarombo kami di jalan
Di ajaknya aku ke rumah dia
Makan daging anjing dengan sayur kol
Sayur kol, sayur kol
Makan daging anjing dengan sayur kol
Sayur kol, sayur kol
Makan daging anjing dengan sayur kol.
Lagu "Sayur Kol" -- yang frasa asli "daging kuda" Â telah diganti dengan "daging anjing" -- langsung viral sekaligus kontroversial. Ya, karena penggunaan frasa "daging anjing" Â itulah. Â Sesuatu yang biasalah untuk orang Batak di Tanah Batak sana. Â Tapi menjadi sensitif ketika bergema ke tatataran nasional.
Tahu kenapa sensitif, kan? Â Tahu isu apa yang bisa memicu demo berjulid-julid dan berjilid-jilid, kan? Jangan "kura-kura dalam perahu" lah. (Lagian ngapain pula kura-kura di dalam perahu.)
Nah, saya cuma berpikir, membayangkan, atau apalah, bagaimana jadinya kalau bukan Farel, tapi Avika yang kemarin menyanyikan "Sayur Kol" di hadapan Presiden dan Wakil Presiden?
Bukan mau membandingkan Farel dengan Avika. Â Bukanlah. Â Gak bagus membanding-bandingkan anak kecil. Mereka bukan capres/cawapres. Ini cuma sekadar berpikir merdeka saja. Â Berandai-andai, gitu.
Berpikir merdeka, boleh, kan? Â Sekadar berandai-kata, boleh, kan? Â Atau, kita belum merdeka juga? (eFTe)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI