Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perubahan Sosial di Balik Revolusi Lontong dan Ketupat

20 Juli 2022   17:30 Diperbarui: 20 Juli 2022   19:02 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lontong "satu jam saja" bikinan Berta (pseudonim) (Dokpri)

Tidak, Saudara-Saudara!

Sebab telah terjadi revolusi pelontongan dan pengupatan.  Ibu-ibu zaman kini telah menemukan cara-cara percepatan proses lontongisasi dan ketupatisasi.  Dari 3-4 jam (lontong) atau 4-5 jam (ketupat) menjadi "satu jam saja".  Tidak percaya? Silahkan berselancar mencari caranya di YouTube.

Lontong
Lontong "satu jam saja" bikinan Berta (pseudonim) (Dokpri)

Kamu mungkin berpikir "revolusi lontong/ketupat" itu hanya semacam "revolusi teknologi" (masak lontong) biasa.  Dari teknik tradisional yang boros waktu dan energi ke teknik modern yang hemat waktu dan energi.  Bentuk paling ekstrim dari revolusi itu adalah inovasi "ketupat instan" yang kini bisa dibeli di supermarket.

Penjelasannya tidaklah sesederhana itu. Revolusi lontong/ketupat itu merupakan konsekuensi perubahan sosial dari masyarakat agraris yang guyub ke masyarakat industrial yang indivualis.  Termasuk di situ perubahan moda produksi dari subsisten yang mengandaikan nilai solider ke komersil/kapitalis yang mengandaikan nilai soliter.

Intinya, masyarakat kita dalam 20 tahun terakhir telah berubah dari masyarakat yang guyub ke masyarakat yang individualis. Pranata tolong-menolong dan gotong-royong telah memudar  dan individualisme mengemuka.  Keterikatan pada orang lain hanya sebatas diatur oleh tatanan pembagian kerja khas masyarakat industrial. 

Dalam masyarakat yang berwatak individualis, baik di pedesaan tapi terutama di perkotaan, mustahil menciptakan atau menghasilkan sesuatu secara gotong-royong.  Semua hal harus dikerjakan sendiri untuk kebutuhan sendiri.

Begitupun dalam pembuatan lontong/ketupat untuk Lebaran misalnya.  Kaum ibu harus mengerjakannya sendiri, kecuali mungkin membuat bungkus ketupat yang kini diperjual-belikan di pasar.

Bagimanapun, membuat lontong/ketupat sampai 3-5 jam adalah sebuah "penderitaan" bagi kaum ibu. Terlebih bila suami-suami hanya membantu saat makan.

Karena itu kaum ibu yang kreatif berusaha menekan cara atau teknik pelontongan/pengupatan secara cepat.  Maksimum satu jam, sudah jadi lontong atau ketupat.

Kamu tahu, bukan? Kaum ibu tak pernah gagal kalau ada maunya.  Akan dikejar sampai dapat.  Dan itulah yang terjadi.  Kini di media sosial beredar konten cara membuat lontong dan ketupat secara kilat.  Tidak mesti pakai bungkus daun pisang (lotong) atau janur (ketupat) pula.  Bisa pakai bungkus plastik, seperti halnya tempe bungkus plastik.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun