Di Jakarta nama Jalan Buncit Raya, Â satu toponim Cina yang "legendaris", baru saja dibuang Anies Baswedan, Â Gubernur Jakarta. Nama jalan itu diganti dengan Hj. Tutty Alawiyah, seorang tokoh perempuan Betawi kelas nasional.
Menariknya, toponim Jalan Buncit Raya itu merujuk pada nama Tan Boen Tjit, seorang Cina pewarung di bilangan Mampang. Boen Tjit terkenal baik budi dan kerap menolong warga asli sekitar, orang Betawi asli.Â
Boen Tjit dan waroengnya sudah menjadi semacam "legenda solidaritas" antar-SARA dan, karena itu, juga "legenda toleransi sosial" du Jakarta. Untuk mengenang dan menghargai solidaritas/toleransi Boen Tjit, lewat wahana waroengnya, orang setempat kemudian menamai jalan di situ sebagai Jalan Waroeng Boen Tjit, populer dengan nama Buncit Raya.
Karena membuang nama Boen Tjit, orang kemudian berspekulasi, apakah itu sebagai isyarat dari Anies Baswedan untuk maju sebagai capres pada Pilpres 2024 dengan formula politik identitas, atau primordial yang cenderung anti-solidaritas/anti-toleransi? Dan, dengan demikian, membuang politik nasionalis yang pro-solidaritas/pro-toleransi?
Entahlah. Masih gelap. Segelap Gang Sapi saat listrik PLN padam walau bukan sedang Earth Hour.
Lain ladang lain belalang, lain Jakarta, lain Jawa Barat. (Jaka Sembung nyebur embung, bikin pepatah gak nyambung.)
Jika Jakarta membuang toponim Cina, Jawa Barat justru melestarikannya. Bahkan mengadopsinya ke bahasa setempat.
Gak percaya?
Coba perhatikan nama-nama kota berikut. Cikampek dari Chi Kam Pek; Cirebon dari Chi Rhe Bon; Cililin dari Chi Lie Lin; Leuwiliang dari Leu Lie Ang; Kuningan dari Khun Ing Anh; Sumedang dari Shu Mei Dhang; dan lain-lain.
Atau nama-nama sungai berikut. Ciliwung dari Chi Lie Wung; Cimanuk dari Chi Ma Nuk; Citanduy dari Chi Tan Duy; Cileuleuy dari Chi Leu Liu; Cilaki dari Chi La Kie; dan lain-lain.
Ada juga nama gunung. Papandayan dari Pha Fan Dhyn; Cikuray dari Chi Khu Rhei; Ciremai dari Chi Rhe Mai; Tampomas dari Tam Pho Mai; dan lain-lain.
Belum puas? Ada nama setu, situ. Patenggang dari Phat Eng Gan;Â Babakan dari Ba Ba Khan; Cangkuang dari Chang Khu Wang; Cilala dari Chi Lai Lai; dan lain-lain.
Tapi tentu saja ini otak-atik gathuk asosiatif. Main cocok-cocokan untuk sekadar humor. Gak usah dimasukin ke hati.
Kalau lucu, boleh ketawa. Gak lucu, boleh sendawa. (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H