Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Guru Masa Kini Penakut?

23 Juni 2022   07:59 Diperbarui: 23 Juni 2022   12:10 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Takut ditegur atasan. Takut dikecam orangtua murid. Takut dipukul murid. Takut diadukan kepada polisi. Takut lihat borang. Takut ditaksir murid. Takut terima hadiah.

Takut apa lagi. Silahkan perpanjang daftarnya.

Engkong berani nulis begini karena punya banyak teman guru di grup aduchat Gang Sapi. Isi chat mereka bernuansa suspense melulu. Takut ini, cemas itu, repot anu, bingung ani. 

Hadeuh, Engkong jadi stres sendiri. Apakah guru sekarang jadi profesi yang menakutkan?

Engkong pernah tanya, "Mengapa para guru di Kompasiana jarang nulis humor? Bukankah kelas dan sekolah itu sarang kelucuan?"

Seorang guru senior warga Gang Sapi menjawab, "Sekarang sekolah dan kelas tak lucu lagi. Menakutkan. Terlalu banyak borang dan aplikasi. Bikin stres. Kami sampai lupa bahwa kami adalah guru. Manusia. Bukan robot pengajar."

"Kalau gak digaji, gue ogah jadi guru," pungkasnya. Yaah, mas, orang juga ogah jadi DPR kalau gak dibayar.

Bah! Ngeri kalipun!

Engkong jadi ingat guru-guru Engkong tahun 1960-an dan 1970-an yang gak ada takutnya. Tak pernah ragu bertindak keras kepada murid, jika memang diperlukan.

Pernah satu kali, tahun 1970, guru SD di kelas Engkong menggampar seorang murid nakal tapi bodoh. Lalu murid itu mengadu kepada bapaknya di rumah. Besok paginya, murid tadi diantar bapaknya ke sekolah dengan wajah bengap-bengap berkat bonus bogem mentah dari bapaknya. "Jangan segan-segan menghajarnya kalau masih bandel, Gurunami," pesan bapak anak itu dengan santun.

Ya, orangtua murid waktu itu hormat kepada guru. Karena itu murid takut melawan guru. Takut dihajar bapaknya sendiri.

Waktu SMP tahun 1970-an, seorang teman Engkong digampari Pak Guru Bahasa Indonesia gara-gara guyon menyapa, "Selamat pagi, Bu Guru." Pak Guru itu merasa terhina lalu  menampari bolak-balik pipi kanan dan kiri milik teman tadi. Lumayan, pipinya kiri dan kanan jadi bengkak merah merona menggairahkan.

Itu belum seberapa. Masih di SMP, kuping teman Engkong -- bukan Engkong ya -- pernah sobek dijewer guru Aljabar. Itu gara-gara dia gak bisa mengerjakan satu soal persamaan. Untung UGD rumah sakit selalu terbuka di seberang sekolah. Untung juga bukan Engkong yang ditanya waktu itu. Sebab Engkong sama tak tahu juga jawabannya.

Lebih ngeri lagi waktu di SMA, akhir 1970-an. Seorang guru killer menghajar murid satu kelas, termasuk Engkong,  lantaran seorang murid perempuan melapor kehilangan uang jajan. Murid itu kebetulan anak gadis Pak Guru killer tersebut. Usut punya usut, ternyata murid itu bukan kehilangan uang jajan. Tapi bapaknya, guru killer itu yang sedang naik pitam itu, lupa memasukkan uang jajan ke dompet anaknya. Absurd, tapi kami satu kelas sudah kadung babak-belur. Ya, sudah, mau apa lagi, ketawa getir sajalah.

Sekarang Engkong mau tanya, ada gak guru masa kini yang seberani guru-guru Engkong?

Bah, mana ada. Penakut semua! 

Salam damai untuk para guru! (eFTe)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun