Jujurly, gue sebenarnya gak pernah merasa safe nonton pebulutangkis Indonesia dalam laga internasional.
Bukan apa-apa. Gue ini seorang sauvinis sejati kalau urusannya pertandingan bulutangkis, sepakbola dan tinju. Pokoke, Indonesia is the best, walau pada akhirnya kalah. Jangan ketawa, loe.
Khawatir kalah. Itu yang bikin gue gak safe. Jantung uzur gue terpacu terlalu ngebut. Ketiak gue banjir keringat. Gue takut pembuluh darah di otak jebol dan gak ter-cover askes. Bisa good bye gue.
Ya, ya, ya. Gue emang baper tralala. Tapi bukankah loe juga gitu? Gak? Bokis loe, ah.
Tapi suasana hati beda gue alami setiap kali nonton pasangan ganda putri Apri-Fadia (Apriyani Rahayu-Siti Fadia) bertarung di lapangan.
Gue langsung jatuh cinta klepek-klepek termehek-mehek pada pasangan baru ini sejak mereka berlaga di SEA Games 2021 yang baru usai. Â
Dan cinta gue gak bertepuk sebelah tanganlah. Apri-Fadia sukses meraih juara ganda putri bulutangkis SEA Games 2021. Mereka menaklukan pasangan Benyapa-Nuntakam, ganda putri Thailand, dua set langsung di final.
Terakhir, kemarin (Sabtu, 11/6/2022), gue nonton Apri-Fadia melawan ganda putri Malaysia, Pearly-Thinaa (Unggulan ke-6), di semifinal Indonesia Master 2022. Sekali lagi, cinta gue gak bertepuk sebelah tangan.Â
Lewat permainan yang menegangkan, menghibur, sekaligus mengharukan, Apri-Fadia melibas Pearly-Thinaa dengan skor 2-1. Rasanya seperti menonton film bergenre paduan thriler, horor, komedi, dan drama sekaligus.
Permainan Apri-Fadia mengingatkan gue pada "The Minions" Kevin-Gideon yang kini sudah -- meminjam Ebiet G. Ade -- "tampak tua dan lelah". Seperti para minion di film animasi Displaceable Me, Apri-Fadia sepanjang pertandingan mental-mentul ke sana ke mari mengejar, melompat, berguling, Â memukul shutlecock, dan melancarkan smash dan lob.Â