Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pancasila, Timnas Garuda Indonesia, dan Semangat Berani Menang

10 Juni 2022   14:18 Diperbarui: 10 Juni 2022   15:05 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persis! Itulah yang terjadi saat laga Timnas Garuda melawan Kuwait pada tanggal 8 Juni 2022 di "halaman rumah" tim lawan itu. Tim Kuwait yang lebih hebat, di atas kertas dan dalam kenyataan, itu ditaklukkan Tim Garuda dengan skor 2-1.  

Orang bilang itu skor kemenangan tipis. Baiklah.  Orang itu juga perlu tahu bahwa beda tim pemenang dan tim pecundang itu cukup selisih satu gol.  Ingat, selisih satu gol!

Menonton ulang pertandingan itu, saya betul-betul melihat Timnas Garuda sedang memanggungkan semangat gotong-royong di lapangan.  Saat harus bertahan, maka semua mengambil posisi dan memainkan peran bertahan, sambil semua siap menyerang balik dengan cepat. Sebab bertahan adalah serangan potensil.

Saat menyerang balik dengan cepat, semua mengambil posisi dan memainkan peran menyerang, sambil semua siap transisi ke skema bertahan jika serangan gagal. Sebab menyerang adalah pertahanan potensil.

Itulah "bhinneka tunggal ika" di lapangan sepakbola.  Setiap pemain punya posisi dan peran spesifik yang bersinergi satu sama lain. Dua gol yang disarangkan ke gawang Kuwait adalah buah dari sinergi itu.  Tak perduli gol itu dibuahkan dari "bola mati" atau "bola mantul".

Untuk pertama kalinya sejak Piala AFF 2021 dan SEA Games 2021 juga saya melihat pemain Garuda Indonesia bermain dengan semangat "berani menang".   Ya, "berani menang", bukan "pantang kalah".  Sebab "pantang kalah" bisa bermakna draw.

Semangat gotong-royong itulah saya kira yang telah memberi kepercayaan diri kepada para pemain Kuwait.  Tak perduli ranking Timnas Kuawait lebih tinggi, skill dan reputasi pemain Kuwait lebih jago,atau  lapangan punya Kuwait.  Selama semangat gotong-royong menjiwai, selama sinergi "bihinneka tunggal ika" dilakonkan, maka Tim Kuwait bukanlah "singa gurun" yang tak bisa ditaklukkan.

Prinsip "berani menang" itu adalah implikasi logis dari gotong-royong.  Secara tradisi, gotong-royong selalu dilakukan untuk mewujudkan satu tujuan bersama yang tak mungkin diraih secara sendiri.  Jadi, di ujung semangat gotong-royong itu selalu  ada sukses, keberhasilan mencapai tujuan, suatu kemenangan bersama.

Karena itu, pemanggungan semangat gotong-royong di lapangan sepakbola adalah pernyataan keberanian untuk menang.  Ya, menang, bukan draw, apalagi kalah.

Timnas Garuda Nusantara sudah membuktikannya dalam laga melawan Timnas Kuwait. Maka tak ada alasan hal serupa tak berlaku dalam laga melawan Timnas Jordania dan Timnas Nepal. 

"Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh."  Ya, tidak ada yang tak bisa diwujudkan Timnas Garuda Indonesia melalui gotong-royong. Sebab gotong-royong berarti berani menang.  Ingatlah, ada Garuda di dadamu! (eFTe)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun