Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pancasila, Timnas Garuda Indonesia, dan Semangat Berani Menang

10 Juni 2022   14:18 Diperbarui: 10 Juni 2022   15:05 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain Timnas Indonesia merayakan gol ke gawang Kuwait pada laga Grup A Kualifikasi Piala Asia 2023 di Stadion Internasional Jaber Al-Ahmad, Kuwait City, Rabu (8/6/2022) malam WIB.(Foto: PSSI via kompas.com) 

Hanya dan hanya jika ada semangat gotong-royong, maka suatu tim sepakbola bisa bertransformasi menjadi kekuatan "bhinneka tunggal ika". Dan jika level itu tercapai, maka bisa dikatakan, permainan sepakbola dari sebuah tim merupakan pemanggungan "bhinneka tunggal ika" dalam bentuk aksi gotong-royong.

Saya terpikir soal semangat gotong-royong ini saat membaca berita tentang kritik Gong Oh-kyun, mantan asisten Shin Tae-yong yang kini menjadi pelatih Timnas U-23 Vietnam. Katanya, pemain Indonesia tak punya tekad kuat, lemah semangat.  Selain juga tak ramah.

Oh-kyun salah. Dia tak paham tentang orang Indonesia. Sebagai orang Indonesia, para pemain Timnas Garuda itu dalam dirinya sudah punya tekad atau semangat yang kuat dalam rupa semangat gotong-royong.  

Gotong-royong, itulah etos kerja setiap pemain Timnas Garuda dalam bermain sepakbola.  Kapanpun, di manapun, lawan siapapun, dan dalam event apapun.

Semangat gotong-royong itu juga menjadikan setiap pemain Indonesia ramah.  Sebab mustahil bergotong-royong kalau saling benci. Mustahil "bhinneka tunggal ika" jika saling tengkar, musuhan.

Masalahnya, ya, masalahnya etos kerja atau semangat gotong-royong itu tidak selalu optimal pemanggungannya saat Timnas Garuda berlaga di lapangan.

Selalu ada kasus pemain bermain semaunya sendiri.  Tak mau mendengar instruksi pelatih.  Tak mau mendengar teriakan dari rekan. Tak mau melihat posisi kawan dan lawan. Hanya melihat bola, kaki sendiri, dan lubang gawang lawan. Seakan-akan dia bermain sendiri melawan sebelas orang pemain tim lawan.

Saat situasi semacam itu terjadi, maka sudah bagus kalau Timnas Garuda bermain imbang tanpa gol dengan lawan. Semisal pada pertandingan persahabat FIFA Day Match melawan Timnas Bangladesh tempo hari. Biasanya kalah, seperti saat melawan Vietnam dan Thailand pada Piala AFF 2021 dan SEA Games 2021 baru-baru ini.

Lantas, bagaimana semestinya?

***

Menjelang laga kualifikasi Piala Asia 2023 melawan Timnas Kuwait, dalam sebuah artikel di Kompasiana saya sudah menulis Timnas Garuda bisa menang jika permainannya digerakkan oleh etos (perjuangan) gotong-royong. (Baca: "Melawan Kuwait, Timnas Indonesia Butuh Raisa dan Sniper", K. 8/6/2022).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun