Itu ciri-ciri mutlak. Ada ciri-ciri relatifnya juga:
- Menyebut-nyebut nama kompasianer tua secara tidak sopan.
- Merisak kompasianer milenial kesayangan Admin Kompasiana.
- Menggugat nilai dan distribusi K-Rewards.
- Mengomeli Admin Kompasiana seolah mengomeli bawahan di kantor.
- Menganalisis hal yang bukan keahliannya. Contoh: menganalisis laga sepakbola padahal gak ngerti sepakbola.
- Menyajikan humor yang bikin kening pembaca berkerut dan mulutnya cemberut. (Jadi jelek, kan?).
- Menyajikan pengalaman kuliner atau wisata tapi gak ngajak-ngajak. Itu syur sendiri namanya. Tak baik.
- Isi artikel ngalor-ngidul ngetan-ngulon gak jelas.
Itu baru delapan ciri relatif, ya. Kurang banyak? Silahkan tambahkan sendiri. Boleh cari ciri takmutu pada artikel-artikel kompasianer Felix Tani yang sok ngilmiah padahal "ngelmu ah".
Gak usah jauh-jauh. Artikel ini adalah kasus takmutu. Kalaupun Admin K menyematkan label “Pilihan”, itu karena penulisnya kompasianer centang biru.
“Artikel kompasianer centang biru pasti bermutu? Hueeekh ….” Tante Virus Mode is on! Jadi kangen pada kompasianer tengil yang baik hati ini. Kemana, ya, Kompasianer Immortal itu. Pembunuhan tak akan mematikannya.
Tapi Tante Vaksin ada benarnya, walau ada juga salahnya. Ambil kasus kompasianer Merza Gamal. Benarnya: sewaktu centang biru, artikel-artikelnya bermutu tinggi. Salahnya: setelah terdegradasi ke centang hijau, artikel-artikelnya tetap bermutu tinggi.
Mau tahu rahasia Uda Merza? "Tetap Semangat!!! Terus Semangat ...." Itu rahasianya.
Nah, resep rahasia itu juga yang Engkong Felix terapkan. Tetap semangat terus semangat menulis artikel takmutu!
Konsistensi di atas segalanya, Kawan! (eFTe)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI