Sekarang, coba kita perhatikan data skor PISA 2018 di bawah ini. Indonesia ternyata berada di peringkat 71 dari 77 negara yang diukur OECD. Mau tahu skor PISA Singapura yang baru dirisak netizen Indonesia? Peringkat 2!
Karena salah satu indikator PISA adalah literasi baca (reading), selain matematika dan sains, bisa disimpulkan intensitas baca siswa Indonesia sangat rendah (skor 371, rerata OECD 487). [1] Akibatnya, kecerdasan sosialnya juga rendah.
Salah satu indikasi kecerdasan sosial adalah kemampuan membedakan opini dan fakta. Hasil pengukuran OECD (2021) menunjukkan bahwa orang Indonesia tergolong paling rendah kemampuannya untuk membedakan opini dan fakta. Sebaliknya Singapura.
Lihat grafik di bawah ini. Indonesia berada di ujung kiri bawah (kinerja baca rendah). Sedangkan Singapura berada di ujung kanan atas (kinerja baca tinggi)
Cara membaca grafik itu begini: semakin ke kwadran kiri bawah, semakin rendah kinerja baca dan kemampuan membedakan fakta dari opini; dan sebaliknya semakin ke kwadran kanan atas.
Dampaknya begini. Jika suatu bangsa tak mampu membedakan opini dari fakta, maka bangsa itu susah diharapkan maju. Sebab opini, terutama hoaks, akan merusak integrasi dan sinergi sosial, sehingga bangsa akan kehilangan modal sosial untuk maju.
Solusinya sederhana, jika Indonesia mau lebih maju. Sediakan perpustakaan sekolah yang kaya akan literatur kelas dunia, khususnya karya sastra klasik dan modern. Lalu disiplinkan siswa dari SD (setidaknya kelas 4-6), SMP, hingga SMA untuk membaca minimal satu judul buku sastra per minggu.Â
Solusi itu berlaku sama untuk sekolah negeri dan swasta, di pedesaan dan perkotaan. Begitulah idealnya peningkatan dan pemerataan literasi dilakukan. (eFTe)
Catatan: