Kelembutan perempuan penting untuk menjadikan kekuatan laki-laki jadi rasional dan beradab. Tidak berkembang menjadi kekasaran atau bahkan kebarbaran, semisal menjadi jeributan atau tawuran di lapangan.
Kamu pernah baca kisah Miyamoto Musashi, samurai antikalah si Jepang? Konon pada dinding kamarnya digantungkan pakaian kimono perempuan. Tujuannya untuk memberi sentuhan kelembutan pada aura keras Musashi.
Nah, lihatlah bagaimana sisi lembut menjadi kekuatan pada Timnas Thailand. Sebentar-sebentar pemainnya diving, terguling dan geletak sambil meraung kesakitan. Macam anak perempuan yang dicubit sikit oleh anak laki. "Maaak, sakiiit!"
Itu merusak konsentrasi dan emosi pemain Timnas Indonesia. Karena berbuah teguran sampai kartu merah dari wasit. Â Selain juga melambatkan tempo permainan.
Sudah terbukti betapa bahayanya kelembutan Timnas Thailand. Dua kartu merah untuk pemain Indonesia akibat kerecokan emosional di ujung pertandingan.Â
Saya pikir, Timnas Indonesia  perlu lebih banyak cinta dari para pendukung. Bahwa timnas kita selalu mengecewakan, ya, wajar-wajar saja. Di dalam cinta selalu ada kecewa, perih, sedih, dan amarah, bukan? Jomlo gak paham soal ini.
Tapi juga selalu ada harapan yang kunjung teraih di dalam cinta itu. Semacam juara regional atau mungkin dunia.
Harapan itulah alasan untuk kita tetap setia mencintai Timnas Indonesia. Â Sambil menerima kenyataan betapa absurdnya cinta kita:
Kejam
Oh, kejam
Pedih
Oh, pedih
Cinta
O-o-o-oh
Cinta
Bukankah penggalan lagu "Cinta" Titik Puspa itu sedemikian pasnya menggambarkan suasana hati kita saat ini.
Damn, Timnas Indonesia, Â I love you full! (eFTe)