Angka 7 itu simbol kesempurnaan untuk orang Batak. Jadi kamu, wahai para Homo homini kepo, bisa bayangkan aroma adonan bau keringat, ketiak, minyak angin, minyak tawon, parfum anak gadis, saus makanan cepat saji, gorengan, dan belanjaan pasar basah di dalam kabin sempit. Sempurna, bukan? Setuju(h)?
Bukan Poltak namanya kalau gak kreatif. Dia beli arang lalu meletakkannya di dalam mobil. Ya, itu cukup efektif menyerap aneka bau dalam mobil. Â
Tapi istri dan anak-anak Poltak protes. Bau mobil jadi macam bau gerobak sate, kata mereka, merujuk pada bau arang bahan bakar sate.
Baiklah. Poltak tak habis akal. Arang dibuang ke pot tanaman hias, jadi sumber boron. Lalu diganti dengan pewangi lemari pakaian yang dibelinya dari sebuah toko swalayan.
"Bah, macam berada dalam lemari pakaian rasanya," protes istri Poltak, diamini oleh anak gadisnya.
"Sudah, jangan protes melulu macam BEM. Pake itu imajinasi. Bayangkan kita sedang masuk ke dalam lemari pakaian untuk pergi ke Narnia," kata Poltak.
Nyatanya, Poltak dan Berta serta anak-anak mereka tidak sedang menuju Narnia, seperti Pevensie bersaudara dalam seria novel The Chronical of Narnia karangan C.S. Lewis. Â
Bukan, mereka bukan sedang menuju Narnia. Tapi menuju TPU Kampung Kandang di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Ke sebuah negeri yang, eh, bisa juga disebut "Narnia yang Lain", ya.Â
Ya, pekuburan itu adalah "Narnia yang Lain". Ke sana kita semua akan pergi. Silahkan kalau ada yang mau berangkat duluan.Â
Engkong Felix masih sibuk dengan urusan peningkatan produksi  susu sapi jantan. (eFTe)
Â