Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Jangan Percaya pada Arkeolog dan Guru di Kompasiana

14 April 2022   13:55 Diperbarui: 14 April 2022   14:19 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi untuk pemanis saja (Dokpri)

Beberapa hari lalu seorang kompasianer arkeolog menulis artikel tentang ide menulis yang tak habis-habisnya. Seorang rekan guru merujuk setuju pada isi artikel itu.

Engkong langsung memberi nasihat, "Jangan pernah percaya pada arkeolog."  Alasannya sederhana.  Seorang arkeolog itu kerjanya menggali dan menggali, eskavasi.  Semakin dalam galian, semakin banyak temuan.  Jadi, terang saja dia tak akan pernah kehabisan bahan untuk menulis.

Lha, kalau guru?  Guru itu kerjanya mengajar berdasar Satuan Acara Pengajaran (SAP). Semakin lama mengajar, semakin sedikit bahan yang tersisa.  Akhirnya habis bahan di akhir semester.  Begitu berulang tiap semester sehingga guru memang selalu kehabisan bahan untuk menulis.

Jadi, kalau seorang arkeolog menulis tentang cara agar tak kehabisan ide menulis, jangan langsung percaya.  Itu hanya berlaku untuk dia, sesuai dengan sifat pekerjaaannya.

Begitu pula jika seorang guru menulis tentang cara tak kehabisan ide menulis, jangan langsung percaya juga.  Faktanya guru selalu kehabisan ide mengajar tiap akhir semester.

Tentu, kamu punya pilihan juga untuk tak percaya pada isi artikel ini.  Sebab artikel ini Engkong Felix tulis sebagai pelampiasan kekesalan macet di jalan tol Priok-Taman Mini-JORR Pondok Indah kemarin.

Bisanya dari Priok ke Gang Sapi hanya perlu waktu 45 menit ngebut sambil tutup mata. Kemarin, karena faktor gage, terpaksa mengambil rute di atas. 

Engkong sebenarnya sudah mencoba menghibur diri.  Engkong bilang pada istri dan anak, "Tarif tiga ruas tol ini mahal, lho.  Oleh karena itu, agar tidak rugi, kita harus puas-puasin dengan cara berlama-lama di jalan tol."

Ah, tetap saja kesal dan pegal tiga jam di jalan tol.  Maka Engkong tulis artikel ini untuk melampiaskan rasa kesal.

Berhasil?  Gak juga, tuh.  Bentar, Engkong mau cari dulu kompasianer yang baik untuk dirisak. (eFTe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun