Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tuhan dalam Seliter Minyak Goreng

17 Maret 2022   20:48 Diperbarui: 18 Maret 2022   06:56 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seliter minyak goreng (Foto: Getty Images/iStockphoto/Siewwy84 via detik.com)

Tuhan terbawa ke dalam seliter minyak goreng. Seliter yang hilang dari pasar. 

Ya, Tuhan, kemana perginya minyak goreng," keluh para ibu dan penjaja gorengan. 

"Demi Tuhan, kami tak menimbunnya," kilah para pedagang. 

"Tuhan jadi saksi, kami sudah salurkan ke pedagang," tukas para pemilik pabrik.

Nama Tuhan diseru bertalu-talu di rumah, di warung, di toko, di pasar, di gudang, di pabrik, di koran, di televisi, di radio, dan di medsos. Tapi tak seliter minyak goreng pun tampak di depan mata. 

"Oh, Tuhan, tolonglah kami. Ubahlah air jadi minyak goreng," pinta para ibu dan penjaja gorengan dalam nada harap tanpa asa. 

"Hei, tuhan telah disalibkan penguasa, dia tak kuasa menolongmu!" sorak para saudagar dan politisi.  

"Lepaskan tuhan! Lepaskan tuhan! Lepaskan tuhan!" teriak para ibu, penjaja gorengan, saudagar, dan politisi bergemuruh. 

Maka penguasa melepaskan tuhan dari salibnya.

Lihatlah mujizat itu. Seliter minyak goreng tetiba muncul di depan mata dan tuhan hadir di dalamnya,  di rupa harga yang membubung tinggi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun