***
Kang Mamat, pedagang sayur keliling, masalahnya beda lagi.  Engkong heran karena dia  sudah agak  lama tak melintas di Gang Sapi.Â
Biasanya dia melintas dengan teriakan khasnya: "Neeeeeheheheheheeeengg! Beli sayur! Biar disayang suami!" Tidak jelas bagaimana korelasi antara "istri beli sayur" dan "disayang suami".
"Semoga akang tukang sayur baik-baik saja. Â Tidak gone with the covid," doa Engkong dalam hati.
Eh, Tuhan Maha Baik. Minggu lalu Engkong bersua dengan Kang Mamat di gang lain, lengkap dengan gerobak sayurnya.
"Saya mah malas lewat Gang Sapi," jawabnya waktu Engkong tanya mengapa tak pernah lagi nongol di Gang Sapi.
"Lha, kenapa atuh, Mang?"
"Ibu-ibu Gang Sapi gak pada beli sayur. Cuma rame tanya-tanya harga ini dan itu sambil begosip. Lalu ujung-ujungnya pencet-pencet terung saya sampai lembek. Terung, kalau udah lembek, gak ada yang mau beli. Â Ibu-ibu maunya terung yang masih kenceng jeceng, Pak."
Jadi, Kang Mamat rupanya menjalankan taktik dagang untuk menjamin mutu barang jualan.  Dia sengaja menghindari Gang Sapi untuk mencegah degradasi mutu terung  dari kenceng jeceng jadi lembek letoy.Â
Bisa dibayangkan betapa meruginya Kang Maman dulu setiap kali melintas di Gang Sapi. Sekurangnya ada sekilo terung besar ungu yang remek dimek-mek ibu-ibu Gang Sapi. Â
Heran. Engkong Felix gak habis pikir. Â Apa sih nikmatnya bagi ibu-ibu ahli gosip itu memencet-mencet terung Kang Maman. Apa gak ada barang lain sebangun terung yang bisa dipencet-pencet di rumahnya?