Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Seekor Kucing Belang Sialan di Gang Sapi Jakarta

25 Februari 2022   17:40 Diperbarui: 26 Februari 2022   13:45 1109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini Berta, istri Poltak,  uring-uringan.  Penyebabnya kucing tetangga di Gang Sapi.  

Semula kucing belang itu demen tiduran di atap teras rumah tetangga seberang rumah. Tapi belakangan ini gemar tiduran di pekarangan depan rumah Poltak. 

Bahkan kalau malam, dia kerap naik ke teras. Lalu tidur pulas di atas karpet kaki di depan pintu rumah.

Tak jelas apa penyebab kucing belang itu pindah lokasi leha-leha ke pekarangan rumah Poltak. 

Satu hal yang jelas, teras rumah tetangga seberang akhir-akhir ini semakin pekat dengan gegosipan. 

Gosip tiada henti sedari lepas subuh sampai lepas isya di situ. Cuma ganti pemain saja. Dari bapak-bapak ke ibu-ibu, kembali ke bapak-bapak, lalu beralih ke para remaja.

Macam-macam isu yang digosipkan. Mulai dari soal Covid-19 Omicron, penghentian PTM, hilangnya minyak goreng, hilangnya tahu tempe, rencana perkawinan Venna Melinda, sirkuit Formula E, pemindahan IKN, sepak bola Eropa, sampai ancaman perang di Ukrania.

Sudah barang tentu isu gosip klasik menjadi trending topic.  Ibu-ibu gosipin suami-suami dan para lelaki yang melintas. Bapak-bapak gosipin istri-istri dan para perempuan yang melintas.  Para remaja gosipin lawan jenis dan para janda kembang atau duda putik.

Hanya satu isu yang luput dari dunia pergosipan Gang Sapi yaitu data perkembangan terakhir pandemi Covid-19.

Hebatnya, para pegosip Gang Sapi itu tak seorangpun yang mengenakan masker.  Hal itu membuat Poltak meragukan eksistensi Covid-19 Omicron di Gang Sapi.

Suatu hari Poltak secara tak sengaja mendengar ibu-ibu bergosip.  Seorang ibu berkata, "Elu sih enak, laki elu kerja. Lha, laki gue, nganggur, tidur mulu kayak kucing." 

Ah, Poltak ingat kini. Sejak hari itulah kucing belang tadi pindah lokasi rehat dari atap rumah tetangga ke pekarangan rumahnya.

Kuping kucing memang jauh lebih tipis dari kuping manusia. Masuk akal kiranya jika kucing belang itu merasa gak nyaman digosipin. 

Sekarang itu kucing  masih dibandingkan dengan suami pengangguran. Besok-besok, bisa jadi dibandingkan dengan pebinor, garong, dan koruptor. Atau eongannya dibilang mirip gonggongan anjing.

Kucing mana yang tahan digosipin separah itu. Mending pindah ke tempat lain, deh.

Poltak sempat menaruh harapan pada kucing belang itu.  Pikirnya, bisalah untuk memburu atau menakuti  tikus yang gemar begadang di pekarangan rumah. Agar pekarangan bebas dari tikus.

Sebenarnya Poltak bisa saja memberantas sendiri tikus-tikus itu.  Pakai perangkap dan atau racun. Itu sudah terlalu sering dilakukannya. 

Tapi kini dia sudah tiba pada titik jenuh. Dia kehilangan nafsu membunuh tikus. Lagi pula,dia tak ingin menghabiskan sisa usianya sebagai pembunuh tikus. Gak keren banget!

Tapi manusia memang pantang menaruh harapan pada hewan. Kucing belang itu ogah memburu, atau sekurangnya menakuti, tikus-tikus yang hilir-mudik di pekarangan. 

Kucing sialan itu lebih memilih malas-malasan tidur beralaskan karpet kaki di depan pintu. Pantaslah dia digosipin ibu-ibu se-Gang Sapi serupa dengan suami pengangguran.

Lebih sialan lagi, kucing itu merontokkan bulu-bulunya di atas karpet kaki.  Itu membuat Berta uring-uringan. Bulu-bulu itu katanya bisa jadi wahana penyebaran parasit toksoplasma. Bahaya banget itu.

Setahu Poltak, toksoplasma itu ada di tinja kucing yang memakan tikus terinfeksi parasit itu. Bukan di bulunya. 

Tapi sudahlah.  Bagi Poltak, ujaran keliru dari istri yang uring-uringan bisa saja menjadi kebenaran.  Waspadalah, wahai para suami.

Terpikir oleh Poltak, jangan-jangan para tikus di pekarangan rumahnya sudah terinfeksi toksoplasma.  Lalu kucing belang sialan itu mungkin penganut pola konsumsi sehat. Pantang makan tikus yang terinfeksi toksoplasma. 

Jika benar begitu alasannya, maka tiduran di atas karpet kaki adalah pilihan bijak bagi kucing itu.

Tapi kucing belang itu sekali sialan tetap sialan.  Kalau tak ada gunanya, buat apa dia ada di pekarangan rumah Poltak.  

Kehadirannya hanya menambah sesak ekosistem pekarangan saja.  Juga bikin para kadal dan cicak ketakutan. Khawatir  kegigit atau keinjak kucing itu.

Rapat keluarga Poltak memutuskan, kucing belang itu harus diusir permanen dari pekarangan.  

Tapi Poltak belum tahu cara mengusirnya. Karena dia pembaca setia Kompasiana, dia berharap ada kompasianer yang menulis artikel tip n trik "1001 Cara Bijak Mengusir Kucing Liar dari Pekarangan". 

Poltak kini rajin memelototi halaman muka Kompasiana.  Sebab dia yakin, artikel dengan judul seperti itu pasti akan jadi Artikel Utama. (eFTe)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun