Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Pantang Merisak Kompasianer Muda

19 Februari 2022   21:08 Diperbarui: 19 Februari 2022   22:08 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari kompasiana.com

Mengapa Admin K membiarkan diri dirisak Engkong Felix, bahkan artikel risakannya dilabel "Pilihan"?

Itu pertanyaan kompasianer Efrain Limbong. Dia minta Engkong menjawabnya. Lha, pertanyaannya kepada Admin K. Kok, Engkong yang diminta menjawab. 

Jelas Engkong gak bisa jawab. Itu melangkahi wewenang Admin. Tidak layak dan tidak sepantasnya.

Lagi pula, jujur, Engkong gak tahu jawabannya.

Lebih mudah menjawab pertanyaan implisit kompasianer S. Aji. Mengapa kompasianer yang Engkong risak itu-itu saja. Maksudnya para kompasianer tua yang sudah pasrah bongkokan menunggu "Godot" (AU dan K-Rewards) di Kompasiana.

Rumusan baru pertanyaan Mas Aji: 'Mengapa Engkong Felix tidak merisak para kompasianer muda kinyis-kinyis?"

Nah, itu mudah dijawab. Ada dua alasannya.

Pertama, para kompasianer muda itu  belum kuat dirisak. Langsung meradang, lalu merusak  diri sendiri  Eman-eman. Mereka itu kan harapan bangsa. Kudu dijaga, jangan sampai somplak.

Pasti ada yang protes. Tidak semua kompasianer muda tak tahan risak. Tentu saja. Engkong kenal seorang di antaranya: Pak Tjiptadinata. Iya, gak, sih?

Kedua, jarak usia kompasianer muda itu terlalu jauh ke usia Engkong Felix.  Risikonya, kalau Engkong merisak mereka, maka Engkong akan dituduh pedofil. Amit-amit. Emangnya kite lansia apaan?

Tapi pertanyaan Mas Efrain dan Mas Aji itu sebenarnya masih kalah sulit dibanding pertanyaan Poltak.

Satu hari dia bertanya kepada Engkong: "Mengapa para punakawan gak pernah dihukum para raja Kurujanggala yang dikritiknya?"

Ketiak dan selangkangan Engkong perlu banjir keringat sebelum akhirnya berhasil menemukan jawaban cerdas untuk pertanyaan dungu itu.

"Karena raja-raja Kurujanggala takut dicap otoriter macam penguasa Orde Baru, gemar memberangus kebebasan berpendapat."

Poltak langsung mingkem. Mendadak pusing. Dia baru tahu kalau kisah Orde Baru ternyata mendahului kisah Mahabarata. (eFTe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun