Layang-layang merah jambu melawan tiup angin utara. Â Maka tubuh pipih itu lesat naik bagai ujung pedang menggores angkasa biru. Lenggak-lenggok dia mencipta baginya setitik relung awal hidup serasi di bentang semesta.
Layang-layang merah jambu menata gerak turun-naik mundur-maju di udara. Dia melukiskan dinamika sejarah estetika eksistensinya. Di rupa larik-larik dan bait-bait puisi kehidupan yang teranggit indah tanpa kata-kata di udara. Keindahan fana yang teranyam dari segala tawa dan air mata.
Layang-layang merah jambu alah oleh angin utara yang membangun badai. Tubuh pipih itu memiuh lalu lepas jadi layang-layang putus. Langlang terombang-ambing tanpa arah dan asa di angkasa. Menganggit larik-larik dan bait akhir puisi tentang kekasih yang lepas dari pelukan.
Layang-layang merah jambu telah usai menganggit larik-larik dan bait-bait puisi indah tentang sejarah sekala hidup di bentang angkasa raya. (eFTe)
Gang Sapi Jakarta, 17 Januari 2022