Di kalangan milenial, istilah pansos lazim juga disematkan pada seorang "nothing" yang tiba-tiba menempel pada seorang sosok terkenal. Misalnya, seorang pemuda rupawan tapi miskin mendadak berpacaran dengan seorang gadis youtuber takrupawan tapi kaya dan sohor. "Huh, pansos," cibir para warganet millenial nyinyir.
Cap pansos juga kerap disematkan pada seseorang yang gemar membagikan foto-foto berkonotasi "wah" di akun medsosnya. Misalnya foto bersama Jokowi(kebetulan lewat di depannya lalu selfie) , foto bersama Luna Maya (mungkin ketemu di mal atau ruang tunggu bandara), foto bersama Pratama Arhan (sewaktu belum ngetop), dan semacamnya.
Dua contoh pada dua paragraf di atas bukan pansos sejati, karena tak menghasilkan kenaikan status sosial secara nyata. Cuma kesan "wah" saja. Hal-hal seperti itu bisa disebut "pansos semu" atau "pansos palsu".
Ada satu lagi aksi yang dipersepsikan sebagai pansos. Aksi warga kroco memaki-maki Presiden RI, Menhan, atau Kasad, atau menantang berantem aparat hankam. Â Nah, itu sebenarnya bukan pansos tapi ansos. Cari penyakit. Ujungnya, biasanya, kalau gak masuk bui, ya, mungkin bonyok.
Begitulah arti pansos, sependek pemahaman saya. Â Ada pertanyaan? (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H