Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Timnas Indonesia, Kompasiana, dan Online Food

30 Desember 2021   08:15 Diperbarui: 30 Desember 2021   09:27 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi blau yang galau. Entah ke mana perginya matahari. Tak bisakah dia memberi semangat pagi? Sekali ini saja.

Tadi malam ada laga leg 1 Piala AFF 2020 di Kallang, Singapura. Timnas Indonesia belum menang. Timnas Thailand belum kalah. 

Harus terima kenyataan. Fakta terburuk. Tak perlu marah, mengumpat, memaki, atau apa saja tindak lepas kendali. 

Kamu boleh kecewa, marah, dan senewen karena dipehape atau dighosting gebetanmu. Tapi janganlah pula kamu tumpahkan semua rasa itu pada Timnas Indonesia. 

Apa salahnya Timnas Indonesia? Mereka tidak kalah. Hanya belum menang.

Maka, saya heran membaca ulasan laga Timnas Indonesia dan Timnas Thailand di Kompasiana. Hampur semua judul menggunakan kata dan frasa negatif.

Bisakah kita berhenti menghakimi Timnas Indonesia hanya karena tak mampu memberi kemenangan instan?

Eh, dengarkan. Menjadi jawara sepakbola itu perlu proses panjang yang menyakitkan. Tak cukup dengan ayat, mantra, dan santet.

Kompetisi sepakbola itu bukan macam kontestasi pilgub. Kamu bisa menang dengan modal ayat. Walau kamu tak punya prestasi politik di latar belakang. Itu namanya instan.

Ah, sudahlah.

Kertas apa ini di meja makan? Oh, stiker prokes Covid 19 dari kedai makanan cepat saji tadi malam. Saya lupa. Tadi malam pesan makanan online untuk teman nonton Indonesia versus Thailand.

Menarik. Ada nama-nama penyiap, penyaji, dan pemeriksa makanan. Lengkap dengan data suhu tubuh. Juga data suhu tubuh pengojol.

Bagus sekali. Itu prokes standar. Soal kecil, tapi bisa berdampak besar. Seperti efek kupu-kupu Lorenz.

Cobalah diingat. Bukankan pandemi Covid 19 di negeri ini bermula dari "kelalaian kecil" seorang penari? Lalu lihatlah. Dua tahun kemudian pemerintah harus mengeluarkan biaya triliunan rupiah untuk mengatasi pandemi Covid 19.

Jelas bukan? Perkara besar menunggu orang yang lalai pada perkara kecil. Itu bisa terjadi pada Timnas Indonesia, Kompasiana, Warung Online Food, Pengojol, dan Engkong Felix.

Ayo, selesaikan dulu semua perkara kecil itu. Agar tak muncul perkara besar di 1 Januari 2022 nanti.

Engkong Felix sih, ok. Entahlah kalau kamu, kamu, dan kamu.  (eFTe)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun