Apakah saya harus menangisi empat gol tanpa balas yang lesak ke gawang Indonesia? Tidak! Tapi juga saya tak hendak tertawa untuk Thailand.Â
Untung ada Nadeo di bawah mistar gawang. Kalau bukan dia yang di situ, gawang Indonesia mungkin sudah kebobolan delapan gol.Â
Kiper muda Indonesia ini harus tampil berjibaku sendiri. Mati-matian menyelamatkan gawangnya dari gempuran penyerang Thailand. Seolah tak ada bek di garis pertahanan Indonesia saat itu.
Sehebat-hebatnya Nadeo, dia bukanlah Musashi yang bisa menaklukkan 50 orang samurai dalam satu pertempuran. Juga bukan Bruce Lee yang bisa menaklukkan satu perguruan karate.
Thailand terlalu cepat, kuat, dan presisi. Empat gol kemenangan Thailand dalam laga leg 1 Final Piala AFF 2020 (Rabu, 29/12/2021 pk. 19.30), diperoleh sebagai hasil sinergi tiga keunggulan itu.Â
Semua gol Thailand itu tercipta dari bola hidup, bukan bola mati. Itulah sepakbola sejati. Seperti yang saya bayangkan bisa dimainkan Indonesia.
Kecepatan (lari), kekuatan (tendangan), dan presisi (passing dan sasaran tembak) penyerang Thailand membuat pemain Indonesia tampak terlalu lamban, lemah, dan tak presisi. Seolah-olah tak ada perlawanan dan  pertahanan.
Kemampuan pertahanan Thailand sebenarnya tak hebat-hebat amat. Masih bisa ditembus dengan tiki-taka cepat-tepat.
Buktinya, ada sedikitnya empat kesempatan gol bagi Indonesia. Tapi tak mampu diselesaikan dengan baik.Â
Kenapa? Ya, sekali lagi, karena penyerang Indonesia kurang cepat, kurang kuat, dan kurang presisi di lingkar area penalti Thailand. Penyelesaian peluang emas yang buruk. Jika peluang macam itu didapat pemain Thailand, pasti jadi gol.
Aneh sekali. Tim Indonesia kehilangan ciri sepakbola anarkisnya saat berhadapan dengan Thailand.Â
Kemana perginya strategi tanpa-strategi? Pergerakan pemain dan arah operan bola begitu mudah ditebak pemain Thailand. Serangan Indonesia gampang dihadang. Pertahanan gampang diterobos.
Mengapa begitu? Â Begini, ... ah, sudahlah.Â
Indonesia, terima sajalah fakta-fakta brutal di atas. Dengan rasa sakitnya. Â
Ingatlah. Kesalahan ada di dalam tim, bukan di luar sana. Masih ada dua hari sebelum Tahun Baru 1 Januari 2022 untuk evaluasi.Â
Lalu tegakkan resolusi Tahun Baru: Taklukkan Thailand!
[Seakan Sukarno membakar semangat pemuda] Indonesiaku, Garudaku, camkanlah ini! Thailand belum kalah! Indonesia belum menang!Â
[Disambung Wiji Tukul] Hanya ada satu kata: Lawan!(eFTe)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H