Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

The Kallang Field, Ladang Pembantaian Tim Thailand

28 Desember 2021   14:58 Diperbarui: 28 Desember 2021   15:58 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Indonesia di Piala AFF 2020 Singapura (Foto: (c) AP Photo via bola.net)

Dalam olahraga tinju lebih mudah untuk memberi contoh gejala penyeruak itu.  Muhammad Ali dan Mike Tyson semula adalah pendatang baru  di ring tinju kelas berat.  Tapi mereka menumbangkan nyaris semua petinju jawara kelas berat berpengalaman.

Sepakbola anarkis mengatasi sepakbola sistematis

Saya sudah bilang berkali-kali, Shin Tae-yong dan Tim Indonesia dalam laga-laga di Piala AFS 2020 ini menjalankan strategi tanpa-strategi. Saya sebut itu sebagai sepakbola anarkis, yang menyimpang dari pakem sepakbola sistematis yang lazim berlaku.

Indikasinya adalah strategi dan formasi lapangan Tim Indonesia yang tak pernah sama dari satu ke lain laga.  Bahkan dalam satu laga, Indonesia mampu memainkan kombinasi beberapa strategi dan formasi.  Ini membuat Tim Indonesia menjadi tim yang paling sulit dibaca lawan.

Bahkan pelatih dan pemain Indonesia sendiri tak mampu merumuskan strategi dan formasi sebelum bermain.  Mereka hanya punya garis besar.  Strategi dan formasi yang sebenarnya terbentuk selama permainan berlangsung, sebagai buah dari kecerdasan intuitif dan kemampuan menangkap serendipitas (peluang tak terduga).  

Secara bergurau, saya bisa katakan Tim Indonesia itu semacam grup lawak Srimulat.  Naik panggung tak pernah dengan skenario detail, cukup garis besar cerita dan peran setiap pemain.  Ajaibnya, panggung Srimulat selalu kocak dan penuh serendipitas. Semacam ujaran "Untung ada saya" dari Gepeng.

Tentang Tim Indonesia bisa juga kita  bilang "Untung ada Nadeo" , "Untung ada Pratama", "Untung ada Irfan", dan untung-untung lainnya. Tapi satu hal yang jelas, segala "untung" itu adalah buah sinergi tim yang dijiwai semangat pantang kalah Korea (suntikan Shin Tae-yong) dan semangat gotong-royong (asli Indonesia).

Sekilas di lapangan pemain Indonesia memang tampak seperti rombongan ikan teri.  Bertahan rame-rame, menekan lawan rame-rame, dan menyerang rame-rame.  Itu seperti menciptakan "lubang hitam" (blackhole) yang menyerap energi lawan di setiap jengkal lapangan.

Tim Thailand yang terkenal terorganisir rapih, sistematis, akan mengalami kesulitan menghadapi gaya anarkis Indonesia.  Mereka akan mengalami kesulitan untuk mengatasi pola permainan yang tak ada dalam buku teks sepak bola sistematis.  

Menghadapi Indonesia yang anarkis, Thailand akan menjadi semacam vigilant tua yang bingung menghadapi "anak muda" yang memainkan jurus Dewa Mabuk.  Seperti dalam film-film kungfu.  Sebelum sadar sepenuhnya jurus si "anak muda", si vigilant tua sudah jatuh terjajar kena tendangan yang entah dari mana datangnya.

Semangat gotong-royong mengatasi individualisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun