Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

K-Rewards Datang, Soto Mas Karso Tetap Terutang

12 November 2021   14:43 Diperbarui: 12 November 2021   17:04 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
K-Rewards Oktober 2021 telah datang (Dok. Kompasiana)

Mari kita mulai dengan mengulik pembukuan Engkong Felix  khusus usahatulis Kompasiana. Pada kondisi pencairan K-Rewards September dan Oktober 2021 dirapel (berita K. 12/11/2021) beginilah posisi pembukuan  per 12 November 2021:

Pemasukan September-November 2021: Rp 157,544 dengan rincian sumber:

  1. September 2021: K-Rewards Rp 0;  Utang pada istri Rp 25,000; Total Rp 25,000
  2. Oktober 2021: K-Rewards Rp 0;  Utang pada istri Rp 25,000; Total Rp 25,000
  3. November 2021:  K-Rewards September Rp 82,050; K-Rewards Oktober Rp 25,494; Total Rp 107,544

Pengeluaran September-November 2021: Rp 157,500 dengan rincian peruntukan: 

  1. Paket Premium Kompasiana September 2021: Rp 25,000.
  2. Paket Premium Kompasiana Oktober 2021: Rp 25,000.
  3. Paket Premium Kompasiana November 2021: Rp 25,000.
  4. Pelunasan utang ke istri: Rp 50,000.
  5. Cicilan utang Soto Mas Karso: Rp 27,500.

Saldo Usahatulis Kompasiana per 12 November 2021:  [Pemasukan] - [Pengeluaran] =   Rp 157,544 - Rp 157,500 = Rp 44.

Baru saja saya mendapat laporan audit keuangan usahatulis Kompasiana a.n. Engkong Felix Tani dari BPKK (Badan Pemeriksa Keuangan Kompasianer) dengan opini "Tidak Menyatakan Pendapat" (Disclaimer Opinion).   

Auditor BPKK mengeluarkan opini seperti itu karena dalam pembukuan usahatulis Kompasiana Engkong Felix ditemukan adanya utang yang tak dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip keuangan yang transparan dan akuntabel.

Temuan yang dimaksud oleh auditor BPKK itu adalah utang soto Engkong Felix kepada Mas Karso sebesar Rp 275,000 per 1 November 2021. Engkong sudah menjelaskan kronologi utang tersebut sebagai berikut.

Kronologi utang soto kepada Mas Karso:

  1. 1 April 2019:  Utang soto Mas Karso 7 mangkok @ Rp 25,000 = Rp 175,000 (Catatan: utang terjadi karena K-Rewards yang sudah diiming-iming Admin K ternyata cuma PHP).
  2. 1 April 2020:  Cicilan pertama utang soto Rp 25,000.
  3. 1 April 2021:  Cicilan kedua utang soto Rp 25,000.
  4. 1 Mei 2021: Restrukturisasi saldo utang soto sebesar Rp 125,000 dari utang jangka pendek tanpa bunga menjadi utang jangka panjang dengan bunga 22% per bulan (flat).  Kesepakatan bunga dibayar per bulan, sedangkan saldo pokok utang (Rp 125,000) dilunasi per 1 Mei 2030.
  5. Sejak 1 Mei sampai 31 Oktober 2021, Engkong Felix menunggak pembayaran bunga, sehingga total bunga terutang adalah 6 x Rp 25,000 = Rp 150,000.
  6. Per 1 November 2021, total utang soto (pokok dan bunga) Engkong kepada Mas Karso menjadi: Rp 125,000 + Rp 150,000 = Rp 275,000.

Auditor BPKK tidak dapat menerima penjelasan kronologi utang soto tersebut dengan alasan Mas Karso adalah tukang soto, bukan tukang pinjol atau renteiner. 

Engkong Felix sendiri tidak bisa meyakinkan auditor karena tiga alasan:

  1. Tidak memiliki kuitansi utang soto per 1 April 20219.
  2. Tidak memiliki akad retrukturisasi utang soto dari utang jangka pendek menjadi utang jangka panjang.
  3. Tidak bisa menunjukkan tindasan surat ijin Mas Karso sebagai tukang pinjol atau renteiner.

Dengan alasan-alasan tersebut, auditor menduga Engkong Felix telah melakukan mark-up terhadap nilai utang soto Mas Karso dengan maksud korupsi jatah K-Rewards yang seharusnya menjadi hak istri.  Atau sekurang-kurangnya, Engkong Felix diduga sedang mencoba menerapkan modus kelebihan bayar yang sedang trend di Pemda Jakarta.

Dalam tanggapan terhadap laporan auditor BPKK itu, Engkong Felix tidak bisa memainkan jurus kongkalikong, karena auditor utamanya adalah Ibu Roselina yang jujurnya tak ada duanya.

Namun kepada Tim Auditor BPKK Engkong sempat menyampaikan pendapat bahwa mereka penting juga mengaudit program K-Rewards mengingat adanya fakta-fakta yang tak transparan dan tak akuntabel dari sisi pandang Kompasianer.  Engkong membeberkan data perolehan K-Rewards Engkong sendiri sebagai berikut:

  1. Total perolehan K-Rewards Januari-Agustus 2021 = Rp 1,365,283 untuk 88,400 unit page views (upv).
  2. Rerata perolehan K-Rewards per bulan dalam periode  Januari-Agustus 2021 = Rp 170,660 untuk 8,550 upv, atau Rp 19,960 per 1 upv.
  3. Perolehan K-Rewards September 2021 (tunda) = Rp 82,050 untuk 4,300 upv, atau Rp 19,081 per 1 upv.
  4. Perolehan K-Rewards Oktober 2021  = Rp 25,494 untuk 8,500 upv, atau Rp 2,999 per upv.

Permintaan saya kepada Tim Auditor BPKK, tolong diperiksa dan dijelaskan mengapa harga rerata per 1 upv artikel Kompasiana tiba-tiba anjlok dari Rp 19,960 (rerata Januari-Agustus) atau Rp 19,081 (per September), menjadi Rp 2,999 per Oktober 2021? Penurunan nilai dari Rp 20,000 (pembulatan rerata Januari-Agustus) menjadi Rp 3,000 (November) itu sebesar 85%.  Sangat tidak wajar.

Engkong minta kepada Tim Auditor BPKK untuk memastikan apakah penurunan luar binasa nilai K-Rewards pe 1 upv itu akibat degradasi mutu tulisan Engkong Felix (mayoritas busuk), atau karena degradasi keuntungan Admin K sebagai pengelola Kompasiana.

Intinya, Engkong Felix ingin adanya transparansi dan akuntabilitas di "Rumah Kita Bersama".  Apakah penurunan nilai K-Rewards itu sebagai konsekuensi dari penurunan kinerja Kompasianer atau kemerosotan kinerja Admin Kompasiana?  (eFTe)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun