Jika kau punya lebih dari satu tuhan dan lebih dari satu pasangan hidup, maka mereka akan berkelahi dan kau akan jadi pelanduk di tengahnya. -Felix TaniÂ
Mau tahu rasanya kehilangan 65 ton biji pinang? Hanya Pak Tjiptadinata dan Bu Roselina, pasutri idola kita, yang tahu.
Itu pengalaman mereka. Dikadali seorang importir pinang Singapura. Dia beli semua stok pinang Pak Tjip tanpa bayar. Dengan alasan mutu pinang tak sesuai sampel.
Sungguh, importir pinang dari Singapura itu pasti bukan seorang manusia. Tapi seekor kadal Singapura.Â
Pak Tjip sukses dikadali kadal Singapura itu karena mengabaikan nasihat Pak Ramesh. Pak Ramesh ini importir  Singapura juga, khusus kayu manis dab kopi. Tapi dia bukan kadal.Â
Pak Ramesh sebenarnya sudah menasihati Pak Tjip. "Don't put all your eggs in one basket." Jangan menaruh semua telurmu dalam satu keranjang. Â Kalau keranjangnya jatuh, atau dirampas orang, habislah kau.
Tapi Pak Tjip abai. Mungkin karena terlalu percaya dan tergiur juga oleh bayangan uang penjualan 65 ton biji pinang sekaligus. Benarlah nasihat Pak Ramesh. Biji pinang Pak Tjip lenyap tanpa hasil duit. Karena "keranjang"-nya, importir itu, ternyata "seekor kadal licik".
Nasihat Pak Ramesh, yang diteruskan Pak Tjip kepada kita, benar belaka dalam dunia bisnis. Itu strategi membagi risiko. Misalnya uang disimpan dalam empat bank. Kalau satu bank bankrupt, masih ada tiga bank lain.
Begitupun, kalau punya 65 ton biji pinang, juallah kepada misalnya tiga pembeli. Jika satu pembeli ternyata kadal bulus, maka dua pembeli lain mungkin masih manusia.
Tapi mungkin Pak Tjip waktu itu terlalu mengedepankan trust sehingga lupa control. Jadinya seperti membeli kucing dalam karung dari seorang teman terpercaya. Eh, tak diperiksa dulu, langsung bayar, ternyata isi karung itu musang berbulu ayam.
Kesialan macam itu mudah terjadi bila abai kontrol. Saya kemarin beli sekantong beras secara online dari satu swalayan yang kupercaya. Eh, dikirim beras dengan bonus kutu segenggam. Bisa untuk bikin rempeyek kutu beras. Istriku bilang, lain kali jangan beli beras kepala. Kita gak tahu apa dia rajin keramas atau tidak.
Pedagang asongan adalah teladan terbaik soal strategi berbagi risiko. Istilah kerennya diversifikasi. Dalam satu kotak asongan dia jual ragam komoditas. Mulai dari kacang, rokok, permen, air mineral, koyo, parasetamol, peniti, geretan, tusukgigi, kuaci, dan sebagainya. Gak laku rokok, mungkin ada yang beli permen. Gak laku kacang, mungkin ada yang beli kuaci.
Begitulah pola berbagi risiko ala asongan. Pengasong tak akan menggantungkan ekonominya pada, misalnya, peniti saja. Sebab tidak tiap hari ada kejadian kancing kemeja atau hek celana atau rok copot, bukan?
Tapi nasihat Pak Tjip tidak berlaku untuk tiga kasus ini.
Pertama, jika kamu seorang monoteis, maka kamu hanya boleh menggantungkan hidup-matimu pada satu Tuhan. Sebab Tuhan itu Maha Terpercaya, takada dua-Nya.
Kedua, jika kamu seorang monogamis, maka kamu hanya boleh sehidup-semati dengan satu istri atau satu suami. Jangan, ya, jangan pernah berpikir kalau istri atau suami yang satu kabur, masih ada yang lain.
Ketiga, jika kamu seorang lelaki, maka kamu harus .menyimpan semua telurmu dalam satu kantong. Tentang ini tak perlu penjelasan lagi.
Begitulah. Kita layak berterimakasih kepada Pak Tjip untuk nasihat sekeranjang telur itu. Pak Tjip bisa keluar dari deraan sakit luar-biasa akibat kehilangan 65 ton biji pinang itu berkat pertolongan dari satu dan hanya satu Tuhannya, yang bekerja lewat pengabdian dari satu dan hanya satu istrinya, Bu Lina. Â
Mohon pamit dulu. Saya mau ke warung untuk beli sekilo telur. Mudah-mudahan tukang warung mau menempatkan tiap butir telur dalam satu kantung plastik. Doakan saya, teman-teman. (eFTe)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H