Bak mutiara setitik embun itu di daun talas. Kemilau diterpa segaris cahya fajar. Sekejap dia menitik jadi tetes air mata. Lesap resap ke rahim pertiwi.Â
Itu sedih tiada tara. Pesona titik embun pagi sia-sia. Tanpa seucap pun syukur. Kaum rebahan masih pejam lelap di atas dipan.
Begitu beratkah kelopak mata di malam-malam pandemi? (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!