Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pembaca Artikel Manga di Kompasiana Bukan Kompasianer?

15 September 2021   13:29 Diperbarui: 16 September 2021   10:56 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: www.listchallenges.com via japantrips.co)

Bisakah merebaknya artikel manga di Kompasiana ditamsilkan sebagai virus?  Bisa saja.  Tapi berbeda dengan rekan Ronny R. Noor -- dalam artikel "Virus Manga di Kompasiana Ternyata Lebih Ganas dari Virus Delta (K. 15/9/2021) -- saya lebih suka menyebutnya sebagai invasi khalayak manga.

Alasannya begini.  Pembaca artikel manga sudah terlebih dahulu terpapar virus itu dari produsennya di Jepang.  Entah lewat jalur media online, televisi, ataupun offline. Jadi, sebelum  membaca artikel manga di Kompasiana mereka sudah terpapar virus itu.

Penggemar manga, katakanlah Steven Chaniago dan Dani Ramdani, kemudian melihat peluang menginvasi Kompasiana.  Kebetulan Kompasiana memberi imbalan bagi penulis dalam bentuk K-Reward.  Jadi, baiklah jika khalayak penggemar manga itu dikapitalisasi. 

Caranya, tulis artikel manga di Kompasiana, kemudian bagikan lewat medsos ke khalayak penggemar manga.  Hasilnya, fantastis. Penulis artikel manga panen pembaca (uvp) lalu, tentu saja, panen K-Rewards.  

Saya tak mengada-ada.  Itu pengakuan Steven Chaniago lewat satu artikelnya di Kompasiana.  Faktanya, namanya rutin  bertengger di puncak daftar peraih K-Rewards bulanan.  Logika serupa berlaku juga untuk Deddy Huang, yang memasarkan artikelnya lewat medsos dan situs pribadi.

Hal yang menarik, kuat dugaaan, pembaca artikel manga di Kompasiana itu terutama bukanlah Kompasianer.  Seperti saya singgung di atas, mayoritasnya adalah penggemar manga non-Kompasianer.  Cuma klik, baca, senang, lalu pergi. Begitu berulang.

Indikasinya seperti ini. Tadi pukul 11.30 WIB saya coba menghitung viewer, rating, dan komentar tiga artikel manga yang  sama-sama terpopuler di Kompasiana.  Ketiganya artikel tentang Tokyo Revengers Chapter 222.  Ditulis oleh Steven Chaniago (SC), Ilham Maulana (IM), dan Dani Ramdani (DR).

Hitungannya begini.  Artikel SC:  tayang 11 jam 40 menit, viewer 660, rating 20, komentar 1.  Artikel IM: tayang 7 jam 30 menit, viewer 222, rating 1, komentar 0.  Artikel DR: tayang 5 jam 45 menit, viewer 184, rating 7, komentar 1.

Perhatikan dua hal ini:  jumlah rating  terlalu kecil dibanding jumlah viewer, dan jumlah komentar terlalu kecil dibanding jumlah rating. Hal itu sekaligus menjelaskan mengapa artikel manga jarang nangkring di kolom nilai tertinggi.

Apa artinya itu?  Itu mengindikasikan mayoritas pembaca (viewer) artikel manga di Kompasiana bukan pembaca yang memiliki akun Kompasiana. Mereka hanya bisa dalam jumlah masif membuka Kompasiana dan membaca artikel di situ, setelah mendapat link dari penulis. itu yang saya maksud invasi khalayak manga.

Apa implikasi invasi khalayak penggemar manga itu?  Terhadap penulisnya, jelas popularitas di Kompasiana dan komunitas manga dan pendapatan berupa K-Rewards.  Bagi Kompasiana, peningkatan keterbacaan sehinggga akan mendongkrak peringkatnya di Alexa.  Bagi Kompasianer penggemar manga, dapat spoiler rilis manga terbaru.  

Bagi Kompasianer bukan penggemar manga, peluang artikelnya nangkring di kolom terpopuler menjadi lebih kecil. Tapi kelompok ini mungkin bisa belajar cara memasarkan artikel dari para penulis manga itu.  Jangan iri dan julid.  Teladani strategi mereka, kalau mau populer dan dapat duit lumayan banyak.

Invasi khalayak manga ke Kompasiana mungkin bukan gejala musiman.  Selama manga Jepang eksis, selama khalayak manga Indonesia eksis, selama ada Kompasianer penulis manga, maka invasi itu akan berkelanjutan.

Karena itu saya pikir ada bagusnya juga jika Kompasianer penggemar manga dan anime Jepang membentuk komunitas di Kompasiana.  Taruhlah namanya Komunitas Manganime Kompasiana (KMK).

Untuk apa KMK?  Pertama, untuk melanggengkan invasi khalayak manga di Kompasiana.  Kedua, untuk mengayakan artikel manga di Kompasiana.  Tidak semata spoiler saja.  Tapi juga masuk lebih dalam untuk menulis tentang sejarah, filosofi, dampak  (idiologis-sosial-ekonomi-politik-kultural), dan proses kreatif manga.

Setuju? Gak setuju ya, rapopo. (eFTe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun