"If you have an apple and I have an apple and we exchange these apples then you and I will still each have one apple. But if you have an idea and I have an idea and we exchange these ideas, then each of us will have two ideas." -George Bernard Shaw
Kata-kata bijak, nasihat, dari George Bernard Shaw -- penulis, kritikus, dan aktivis politik asal Irlandia -- itu pertama kali saya baca di dinding kaca kantor Andi Hakim Nasoetion, statistikawan Indonesia. Waktu itu, awal 1980-an, Pak Andi menjabat Rektor IPB.Â
Waktu itu juga, saya sedang mulai belajar matematika pernyatan dari anak-buah Pak Andi. Salah satunya tentang koneksi logika bikondisional "jika dan hanya jika" (if and only if, iff) dengan notasi "tanda panah dua arah". Maksudnya,  kebenaran dari satu pernyataan terkait membutuhkan kebenaran pernyataan yang lain. Kemungkinannya,  kedua pernyataan itu  benar, atau keduanya salah.Â
Saya coba mengenakan logika matematis itu pada kalimat kedua Bernard Shaw: "But if you have an idea and I have an idea and we exchange these ideas, then each of us will have two ideas."Â Pertanyaannya; apakah pernyataan ini benar dalam konteks perbandingan dengan kalimat pertama? (If you have an apple and I have an apple and we exchange these apples then you and I will still each have one apple.)
Berbekal "otak pemula", sangat lama -- mungkin terlalu lama -- saya memikirkan jawaban untuk pertanyaan yang saya buat sendiri. Tapi, "Eureka!", Roh Kudus tak pernah tidur. Akhirnya ketemu juga. Pernyataan kedua itu benar "jika dan hanya jika" idemu bukan "apel" dan ideku juga bukan "apel".
Apa artinya itu? Pikiran yang sama tak menjadikan kita tambah cerdas. Tapi pikiran yang berbedalah yang membuat kita jadi lebih cerdas. Istilah tukar pikiran mengandaikan kondisi beda pikiran, sehingga dapat diperoleh pemikiran yang setingkat lebih tinggi.
Kini, setelah hampir 40 tahun sejak pertama kali membaca ujaran Bernard Shaw itu, saya menemukan relevansinya untuk Kompasiana. Pertanyaannya, apakah artikel yang saya tulis di Kompasiana sungguh sesuatu yang mengandung kebaruan (novelty) sebagai pembeda? Bukan sesuatu yang reproduktif dan, karena itu, repetitif atau sama saja dengan yang terdahulu?
Hanya dan hanya jika artikel saya mengandung kebaruan, sesustu ysng beda, maka dia akan menambah kecerdasan pada orang yang membacanya. Sebaliknya, hanya dan hanya jika artikel saya reproduktif dan repetitif, maka dia tak menambah kecerdasan pada orang yang membacanya. Â Sebab sesuatu yang reproduktif dan repetitif adalah sesuatu yang telah diketahui secara bersama. Itu bukan sesuatu yang baru.
Saya telah mengutip nasihat Bernard Shaw untuk menjadi pencerahan bagi seorang Kompasianer, Â saya sendiri. Rekan-rekan sesama Kompasianer tak wajib mengikuti nasihat itu. Â (eFTe).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H