Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dinar Candy dan Protes yang Seksi, Aman, dan Cerdas

6 Agustus 2021   11:36 Diperbarui: 6 Agustus 2021   15:09 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Dinar Candy (Foto: Palevi/detik.com)

Secara politik, aksi berbikini merah Dinar itu efektif.  Di satu sisi langsung mengundang reaksi publik, baik yang pro maupun yang kontra dan kemudian mengadukannya ke polisi.  Di sisi lain menyuarakan jeritan rakyat kecil yang hidupnya semakin memburuk akibat terdampak pandemi.

Aksi bikini merah Dinar jelas lebih cerdas ketimbang aksi demo mahasiswa protes PPKM Darurat  di Bandung tempo hari (21/7/2021). Demo itu melanggar prokes Covid-19.  Berkerumun, takada jarak, pakai masker amburadul, bikin macet, dan mengganggu ketertiban umum. Sudah benar tindakan polisi menangkapi biang onarnya.

Aksi Dinar itu jauh lebih terpuji ketimbang ujaran-ujaran politisi dan dan aktivis sosial oposisi yang selalu mendiskreditkan pemerintah atas pandemi Covid-19.  Menebar hoaks bahwa  Presiden Jokowi membunuh rakyat dengan senjata Covid-19, memaksakan vaksinasi yang bisa bikin mati, berbohong karena Covid-19 takada, melarang kegiatan ibadah, dan gagal melindungi rakyat dari kematian.  

Tapi sebagian orang berpikiran sempit rupanya lebih tertarik memelototi tubuh berbalut bikini merah.  Lalu, karena jakunnya naik-turun, langsung berteriak, "Pornografi!"  Mereka tak bisa menangkap makna simbolik dari tubuh berbalut bikini itu. Sesuatu yang sedang dinyatakan dengannya, yaitu keinginan mendalam untuk bebas dari kondisi tertekan secara fisik dan sosial akibat pandemi Covid-19.

Politik tubuh perempuan

Ketimbang memperkarakan Dinar Candy, apakah tak sebaiknya polisi memperkarakan para politisi dan aktivis oposan penebar narasi-narasi destruktif itu? Kalau mereka berlindung di balik pasal  kebebasan berpendapat, bukankah Dinar Candy juga berhak mengatakan hal serupa?

Tubuh perempuan adalah kekuatan politik laten.  Dia bisa menjadi kekuatan manifes yang efektif di kala terjepit, saat kuasa politis kaum laki sudah impoten.  

Dinar hanya memanfaatkan kekuatan tubuh perempuan untuk menyuarakan aspirasi sosial dan politiknya.  Itu memang bukan sesuatu yang sepenuhnya baru. 

Ibu-ibu Desa Sigapiton, Toba misalnya tahun 2019 (12/9/2019) pernah telanjang di depan buldozer  yang hendak meratakan tanah adat mereka. Itu bentuk perlawanan terhadap Badan Otorita Pariwisata Danau Toba yang mereka nilai telah merampas paksa tanah adat mereka untuk dijadikan komplek obyek wisata  The Nomadic Kaldera Toba Escape.

Kasus lain, tahun 2020 (12/5/2020) kaum ibu Desa Mio, Amanuban Selatan NTT  telanjang dada di hadapan Gubernur NTT Viktor B Laiskodat.  Itu bentuk bentuk protes mereka atas rencana relokasi warga desa oleh pemerintah setempat yang belum mencapai kesepakatan.

Seperti kasus Sigapiton dan kasus Mio yang mendorong pemerintah untuk segera menemukan solusi atas masalah, seharusnya kasus Dinar Candy juga mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk bekerja lebih gigih dan jujur, bersama rakyat yang sadar, untuk mengalahkan pandemi Covid-19.  

Aksi bikini merah Dinar Candy seharusnya mencerahkan, menginspirasi pemerintah dan masyarakat, bahwa ketahanan mental masyarakat sudah hampir menyentuh batas toleransi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun