Dinda, ingatkah dikau pohon beringin kecil di depan Pasar Gede? Kangmas dulu menantimu di naungannya, saat dikau membeli pecal dan cenil kesukaan Kangmasmu ini di dalam pasar yang riuh.
Dinda, dikau pasti tak lupa suatu hari ketika kita makan soto ayam di Pasar Triwindu. Dikau tergelak seru saat mulut rakus Kangmasmu ini dilemang kuah soto panas.
Dinda, tentu dikau ingat betapa konyol kita suatu hari di Pasar Klewer. Setelah melewati separuh hari, lalu menemukan selembar jarik impianmu, kita berdua harus tertawa kecut, sebab dompetmu ternyata tercopet sementara dompet Kangmasmu ini hampa.
Dinda, ingatkah dikau perigi sinuwun di halaman tengah Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Dikau dan Kangmasmu ini mereguk masing-masing segelas air perigi sambil berdoa agar kita berdua panjang umur, awet rukun, dan awet muda.
Dinda, tentu dikau tak lupa Bengawan Solo yang membelah kota ini. Dikau menungguku di dapur dengan sambal wader goreng, tapi Kangmasmu ini sepagian hanya berhasil mengail dua ekor wader kecil.
Dinda, ingatkah dikau saat kita ziarah ke pemakaman Untoroloyo ini dan berjanji kelak kita akan serumah di sini. Kangmasmu kini ada di sini, di samping rumahmu, menunggumu datang menjemput Kangmas naik kereta kuda putih bersais malaikat. (eFTe)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H