Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

"Man from Tjoeroep", Zaldy the Forest Kompasianer

8 Juli 2021   14:42 Diperbarui: 8 Juli 2021   18:11 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangjapan layar halaman muka akun Kompasiana Zaldy Chan

Harus diakui, diskusi dengan Zaldy itu asyik tiada ujung. Sebab dia selalu mengumbar alinea pertama setiap kali dapat giliran bicara. Ciri khas orang yang cerdas memulai tapi bingung mengakhiri.  Dengan kata lain, tukang lontar granat!

Ciri khas Zaldy sebagai Kompasianer, tidak pernah, atau sangat jarang, berkomentar atau membalas komentar.  Itu bukan karena dia sombong.  Tapi, katanya, akibat  signal buruk; nasib kota di tengah hutan.  Itu dalih.  

Keadaan sebenarnya, dia mengidap penyakit kronis defisit kuota internet. Kalau suatu waktu dia sampai memberi atau membalas komentar, itu berarti dia baru dapat transferan K-Rewards alias Kenthir Rewards.

Tak banyak yang tahu, Zaldy itu seorang penyanyi.  Dia bahkan punya studio rekaman di kamar mandi rumahnya.  Kualitas suaranya mendunia, sama dengan kualitas suara Giant, teman Nobita dalam film kartun Doraemon. Biasanya, di grup perpesanan, jika dia pamer nyanyi, maka semua anggota grup langsung left.

Sebagaimana warga Rejang Lebong umumnya, Zaldy juga seorang petani.  Tapi dia tergolong petani loteng, bercocok-tanam di loteng rumahnya.  Menanam kangkung, cabe, sawi, dan aneka sayuran lainnya.  

Zaldy itu terbilang petani sadis.  Dia gemar memberi makan tanaman dengan limbah dapur dan tanaman. Katanya itu pertanian organik.  Tapi sebenarnya itu penistaan terhadap tanaman. Keji!

Selain menista tanaman, terkadang dia juga menyiksa tanaman dengan hanya memberi makanan cair, air yang dibumbui bahan-bahan yang hanya dia saja yang tahu apa itu. Bayangkan, tanaman dicekoki minuman terus sampai kembung.  Sadis!

Tapi kita perlu berempati kepada Zaldy untuk satu hal.  Dia selalu bermasalah dengan tombol "tayang" di Kompasiana saat akan mengagihkan tulisan.   Muter-muternya, gegara miskin sinyal, lebih lama ketimbang waktu menulis.  Nulis 30 menit, muter-muter nunggu tayang 60 menit.  

"Begitulah nasib Kompasianer yang tinggal di hutan," katanya.  Ya, Zaldy,  the forest Kompasianer! Pilu banget nasib elo, Uda! (eFTe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun