Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kompasianer, Ayo Menulis Makanan Berbahan Beras

3 Juli 2021   16:10 Diperbarui: 3 Juli 2021   16:42 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Chaded Panichsri /Shutterstock|via beritagar.id

Pada kolom komentar atas artikel saya, "Sepiring Nasi yang Menggoda" (K. 1/7/2021), rekan Swarna nyeletuk "... jadi ada ide buat topik pilihan ...."

Itu celetukan keren. Menjadikan "makanan berbahan beras" sebagai topik pilihan di Kompasiana pasti sangat menarik.

Seperti saya sampaikan dalam artikel di atas, kendati beras atau nasi sudah menjadi pengalaman kita sehari-hari, sesungguhnya terlslu banyak yang kita taktahu tentangnya.

Tamsil rekan Suyono Apol pas. Katanya, nasi itu sudah seperti kanvas putih. Setelah dilukisi, orang terserap pada bentuk dan warna lukisan, lupa pada kanvasnya.

Begitulah. Sehari-hari kita makan nasi, hal yang kita perhatikan hanya lauk-pauknya. Lauknya apa? Sayurnya apa? Takpernah bertanya, berasnya apa.

Tapi bagi Admin Kompasiana, soal beras mungkin bukan konten yang menjual. Karena itu saya mengambil inisiatif mengajak rekan-rekan menulis tentang makanan berbasis beras di Kompasiana.

Tulislah makanan berbasis beras yang khas di daerah tinggal rekan-rekan. 

Pasti banyak, bukan? Ada nasi uduk, nasi liwet, nasi kapau, nasi kuning, nasi-jagung, nasi langgi, dan nasi pecel, untuk menyebut beberapa. Tiap daerah di nusantara mungkin punya nadi khas sendiri.

Itu baru masukan nasi. Mungkin ada juga penganan khas, terbuat dari beras langsung ataupun tepung. Semisal lemang, kue putu, lepat, arem-arem, bacang, tape, bubur, lontong, ketupat, semar mendem, lupis, klepon, onde, onde, lemper, dan sagun untuk menyebut beberapa.

Mari kita tulis soal makanan berbahan beras, termasuk tepung beras, itu sebagai isu sosial-budaya. Artinya makan berbahan beras adalah budaya setempat. Ada ide (nilai), tindakan (aktivitas), dan wujud kebendaan di situ. 

Karena itu sangat baik jika cerita sedikit tentang  sejarah padi, budidaya padi, jenis-jenis padi, dan tata-niaga padi dan beras di daerah tempat mukim rekan-rekan. Untuk memahami kedudukan beras dalam budaya tempatan.

Lalu menu makanan berbahan beras yang dipilih untuk ditulis, sangat baik jika diberi bingkai sosial-budaya lokal. Misalnya nasi kuning, bisa diletakkan dalam konteks budaya selamatan. Lalu nasi kucing bisa dikaitkan dengan keberadaan konsumen lapisan bawah di suatu tempat.

Sejarah suatu makanan juga menarik diceritakan. Nasi jamblang Cirebon misalnya. Menurut sejarah lokal, nasi berbungkus daun jati itu awalnya diperuntukkan bagi buruh pabrik dan perkebunan setempat. Praktis dan murah.

Tentu jangan lupa memasukkan informasi resep masakan berbahan beras yang dipilih untuk ditulis. Itu pesan komunikasi budaya makan yang sangat mendasar. Lewat pertukaran resep masakan, jarak sosial antar daerah dan etnis niscaya semakin dekat.

Komunikasi budaya makan, itulah nilai tambah proyek penulisan ini. Barangkali, tak berlebihan bila proyek sukarela ini kita beri slogan, "Dalam beras kita bersatu!" (eFTe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun