Keriuhan risafel kabinet dalam seminggu ini memunculkan nama Ahok alias Basuki Tjahaja Purnama (BTP) sebagai salah seorang calon menteri baru untuk Kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Salah satu posisi yang diperkirakan cocok untuk Ahok adalah Mendiknas. Setidaknya, ada tiga kualitas unggul pada persona Ahok alias Basuki Tjahaja Purnama (BTP) sehingga, secara objektif, dia dinilai cocok menduduki posisi itu.
Pertama, fokus Ahok pada keadilan sosial sebagai fokus pemerintahan. Bagi Ahok prmerintahan adalah soal pengadministrasian keadilan sosial.Â
Prinsip itu diterapkannya secara konsisten  semasa menjabat Gubernur Jakarta. Sebagai contoh, dia memberi izin penambahan lantai gedung-gedung di Sudirman-Thamrin. Tapi pemilik gedung diharuskan membayar biaya kompensasi.  Biaya itu kemudian dibelanjakan untuk pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum.
Kedua, integritas Ahok sebagai pejabat  publik. Hal itu ditandai dengan konsistensi Ahok pada efisiensi anggaran dan tatakelola pemerintahan yang baik.
Saat menjadi Wagub dan kemudian Gubernur Jakarta, kualitas integritas ini tak bisa ditawar pada Ahok. Dia tak segan memaki "Nenek, lu" atau "bangsat bajingan" pada aparat yang terindikasi menggarong anggaran. Anggaran daerah juga dibuka kepada publik, sehingga rakyat bisa mengritiknya.
Ketiga, nasionalisme Ahok tak diragukan lagi kualitasnya. Dia tak pernah mencela negara, sekalipun negara mungkin telah bertindak tak adil padanya.
Sebagai contoh, saat dia diadili dan kemudian divonis 2 tahun penjara untuk dakwaan penistaan agama, dia menerima dan menjalani hukuman tanpa protes. Dia mengakui dan mematuhi hukum Indonesia. Karena itu tidak lari ke luar negeri untuk menghindari tanggungjawab hukum.
Kini, pada posisinya sebagai Komisaris Utama BUMN Pertamina, kualitas keadilan sosial, integritas, dan nasionalisme itu tetap menuntun kinerjanya. Di bawah arahannya Pertamina kini menjadi lebih efisien, membukukan laba besar, dan mengalokasikan sebagian laba itu untuk pendanaan progran nasional Vaksinadi Covid-19.
Keadilan sosial, integritas, dan nasionalisme. Itulah tiga karakter bangsa yang harusnya ditanamkan sepanjang proses pendidikan di Indonesia.
Faktanya masih jauh panggang dari api. Pamer kekayaan, korupsi, dan primordialisme. Itulah tiga tabiat buruk yang menggerogoti  eksistensi bangsa dan negara ini.
Seseorang yang memiliki jiwa keadilan sosial, integritas, dan nasionalisme tinggi, Â dengan demikian perlu didudukkan sebagai Mendiknas untuk menjadikan tiga nilai itu sebagai karakter lulusan sekolah dan perguruan tinggi. Ahok, berdasar uraian di atas, adalah persona yang cocok untuk menduduki jabatan itu.
Apakah Presiden Jokowi akan memilih Ahok sebagai Mendiknas dalam langkah risafel kabinet kali ini? Saya pastikan, "Tidak!" Jokowi tidak mencari seorang calon Mendiknas melainkan Mendikbudristek.
Pembaca yang sejak membaca judul artikel ini sudah julid, tolong lemesin otak. Tertawalah.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H