***
Siri na pacce. Rasa malu yang pedih, harga diri yang kukuh. Itu adalah kecerdasan sosio-emosional yang mendarah-daging pada diri setiap individu Makasar (dan Bugis) sejati. Suatu nilai empati sosial, atau solidaritas sosial yang menjiwai setiap orang Makasar.Â
Nilai itu pula yang mendarah-daging pada diri Kosmas. Nilai solidaritas sosial, terwujudkan dalam rupa tanggungjawab sosial akan keamanan umat yang beribadah di Katedral. Nilai itu diwariskan dari ayahnya, petugas keamanan Katedral semasa hidupnya.
Nilai kultural asli Makasar itu teranyam dengan nilai iman Katolik, kasih pada Tuhan dan sesama, dalam diri Kosmas. Kalau bukan karena kasih, sulit memahami laku Kosmas, yang rutin mengamankan Katedral, dari sore sampai malam, seusai tugas sebagai pegawai tatausaha di SMP Katolik setempat. Dia dipercaya pastor kepala Katedral untuk melakukan itu, karena kesetiaan dan dedikasinya yang tinggi.[2]
"Kasihilah sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri." Itulah inti solidaritas sosial menurut iman Katolik. Kasih pada sesama, cermin kasih pada Tuhan, itulah yang menjiwai setiap tindakan Kosmas dalam tugasnya sebagai pengemban keamanan  Katedral. Dia harus menjaga keamanan umat, seperti menjaga keamanan diri sendiri.
Siri na pacce berjalin dengan cinta-kasih pada sesama. Itulah semangat kemanusiaan Kosmas. Dia seratus persen Makasar seratus persen Katolik. Agama tak menistakan etnisitas, iman tak mengharamkan nilai budaya. Kosmas adalah teladan umat beriman tanpa kehilangan identitas budaya.
Sinergi siri na pacce dan hukum cinta-kasih telah menuntun Kosmas menjadi pahlawan solidaritas sosial. Dia telah menjadi "juru selamat" untuk sesamanya manusia, umat Katolik Katedral Makasar.Â
Itu terjadi bukan karena rancangan Kosmas sendiri, melainkan karena rancangan Tuhan. Pengamalan hukum cinta kasih (iman Katolik) dan nilai siri na pacce, sinergi dua kekuatan solidaritas itulah, yang telah menempatkannya pada posisi itu.
***
Kepahlawanan adalah anugerah Tuhan, bukan prestasi terencana. Seseorang yang tiba pada posisi itu adalah manusia yang terberkati.Â
Dia tak mesti seorang kudus, tapi jelas orang yang hidupnya dituntun oleh iman agamanya dan nilai luhur budayanya. Iman dan nilai budaya yang membentuk jiwa solider yang kuat pada dirinya.