Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #045] Nenek Tak Bisa Dibohongi

26 Maret 2021   05:10 Diperbarui: 26 Maret 2021   09:08 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agar sembuh, Poltak harus menyantap makanan yang sangat ingin dinikmatinya. Itu satu-satunya cara.

"Tapai singkong, Ompung," jawab Poltak. Dia sangat ingin makan tapai singkong.  "Kemarin kulihat adik Si Bistok makan tapai.  Aku minta, tak dikasih.  Malah langsung ditelannya semua tapai di tangannya."

"Bah, begitu rupanya. Ya, sudahlah.  Ompung bikinkan tapai."

Demi kesembuhan cucunya, Nenek Poltak langsung membikin tapai singkong besok paginya.  Itu bukan pekerjaan sukar.  Singkong tinggal cabut di kebun belakang rumah. Persediaan ragi tapai masih ada di para-para. Gula pasir juga ada. Daun pisang banyak. Semua bahan dan alat tersedia. Tinggal olah saja.

"Ini matangnya setelah tiga hari.  Baru bisa dibuka hari Minggu.  Jangan kau rogoh-rogoh, ya."  Nenek Poltak mengingatkan.  Dia tahu tabiat tak sabaran cucunya kalau sudah menyangkut makanan.

Nenek Poltak menyimpan singkong kukus yang telah ditaburi ragi  di dalam ampang, keranjang rotan bersudut-empat.  Dialasi dengan daun pisang, lalu ditutupi dengan daun pisang juga.  Lalu ampang berisi bakalan tapai singkong itu dibalut dengan selimut. 

Tapi Poltak tetaplah Poltak yang tak sabaran.  Dia ingin cepat sembuh.  Dia tahu, begitu makan tapai singkong, bengkak di tenggorokannya akan kempis dengan sendirinya. 

Sabtu pagi, saat neneknya memberi makan ayam, diam-diam Poltak merogoh tapai singkong di dalam ampang.  Masih keras, tapi bau tapainya sudah tercium.  Tapai belum jadi. Gagal makan.

Sabtu siang, sepulang sekolah, kembali Poltak merogoh tapai.  Bau wanginya tambah santer. Tapi tapai masih keras, belum jadi.  Gagal lagi makan.

Sabtu senja, lagi, Poltak merogoh ampang.  Wangi tapai makin meruap.  Tapi tapai masih agak keras, belum sepenuhnya jadi. Lagi, Poltak gagal makan tapai.

Minggu siang, sepulang dari gereja, Nenek Poltak berteriak, "Pasti kau sudah rogoh-rogoh tapai ini, ya, Poltak!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun