Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Begini Cara Mudah Menganggit Judul Skripsi

24 Maret 2021   16:51 Diperbarui: 25 Maret 2021   07:53 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari monitor.co.id

Judul skripsi itu momok bagi umumnya mahasiswa tahun terakhir. Tak sedikit mahasiswa frustasi karena rencana judul skripsinya ditolak dosen pembimbing (dospem)  berulang kali. 

Padahal rumus bimbingan itu sederhana. Jika sampai lima kali rencana judul skripsi ditolak dospem, maka yang harus diganti bukan judulnya, melainkan dospemnya.

Saya tidak sedang bercanda.  Jika sampai lima kali dospem menolak rencana judul skripsi mahasiswa bimbingannya, maka bisa dipastikan yang salah bukan mahasiswa, melainkan dospem. 

Hal itu terjadi karena dospem tidak membimbing mahasiswanya dengan cara yang benar.  Hanya menolak judul. Tanpa memberitahu cara penganggitan judul yang benar.

Sedikit berempati pada para mahasiswa, saya akan membagikan cara mudah menganggit judul skripsi. Kalau pembaca bukan mahasiswa, anggap ini sekadar agihan pengetahuan saja.

***

Prinsip pertama, jangan pernah menganggit judul skripsi sebelum menetapkan topik dan pertanyaan penelitian.  

Sampai kodok beruban pun, bila begitu caranya, judul skripsi tidak akan pernah bisa teranggit.

Alasannya sederhana.  Judul skripsi itu adalah rumusan ringkas dari topik dan pertanyaan penelitian. 

(Pertanyaan atau masalah penelitian?  Sama saja. Pertanyaan itu diturunkan dari rumusan masalah. Rumusan masalah adalah uraian ringkas topik penelitian.)

Lantas bagaimana cara menentukan topik penelitian? Sebenarnya, kalau ada mahasiswa tahun terakhir bertanya seperti itu, harus ditanya-balik kepadanya, "Belajar apa saja sejak tahun pertama kuliah?"

Tapi sudahlah.  Mahasiswa yang sedang bingung dan stres jangan ditanyai hal-hal yang bisa menambah stres.  Saya tunjukkan tiga sumber penemuan topik penelitian.

Pertama, pengalaman hidup dalam komunitas sendiri.  

Misalnya, di kampung halaman sendiri ada gejala orangtua lebih mengutamakan anak lelaki sekolah ketimbang anak perempuan.  Ini menjadi topik penelitian tentang pengambilan keputusan pendidikan anak dalam keluarga.  

Kedua, pengetahuan umum yang bersumber pada berita media massa dan pengamatan sehari-hari.

Misalnya, diketahui bahwa urutan teratas provinsi di Indonesia berdasar persentase warga yang menolak vaksinasi Covid-19 adalah DKI Jakarta.  Ini bisa menginspirasi topik penelitian tentang faktor-faktor sosial yang menentukan akseptasi warga Jakarta terhadap vaksinasi Covid-19.

Ketiga, hasil-hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan adanya kontradiksi, penyimpangan, keanehan, invaliditas, ketaktuntasan, dan sebagainya.  

Misalnya, teori relasi gender mengatakan bahwa otonomi istri dalam keluarga lebih rendah diperhadapkan dengan suami.  Tapi ada penelitian menunjukkan bahwa dalam keluarga miskin, para istri memiliki otonomi tinggi.  Ini bisa menuntun pada topik penelitian, misalnya, perbandingan otonomi istri dalam masyarakat patrilineal, martrilineal, dan bilineal.

Jika topik penelitian sudah berhasil ditetapkan, maka 75 persen judul penelitian sudah di tangan. Sebab topik penelitian adalah esensi judul penelitian. Agar judul 100 persen di tangan, maka harus lanjut pada perumusan pertanyaan penelitian.

***

Pertanyaan penelitian adalah acuan sekaligus pengarah bagi kerja penelitian.  Berdasar pertanyaan penelitian maka, nantinya, bisa dicari pijakan teoritis.  Berdasar pijakan teoritis dapat ditarik konsep-konsep dan kemudian variabel-variabel penelitian yang relevan.  

Berdasar variabel-variabel itu dapat diturunkan indikator-indikator untuk pengukuran.  Berdasar indikator-indikator dibuat daftar pertanyaan atau kuesioner yang reliabel (menangkap data yang diperlukan).  Dengan daftar pertanyaan, dapat diperoleh data primer dari lapangan (sampel, responden).

Karena itu pertanyaan penelitian, juga topik penelitian, adalah kunci.  Tanpa dua hal itu, sampai dospem pensiun juga, skripsi tak akan pernah kelar.

Misalkan topik yang dipilih adalah akseptasi warga DKI Jakarta terhadap vaksinasi Covid-19.  Berdasar itu dapat dirumuskan sejumlah pertanyaan menarik, sebagai pengarah bagi penelitian.

Pertama, bagaimana persepsi warga DKI Jakarta terhadap pandemi  Covid-19 dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi tersebut?

Kedua,  bagaimana akseptasi warga DKI Jakarta terhadap  vaksin Covid-19 dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat akseptasi tersebut?

Itu dua pertanyaan utama.  Nanti, dalam bagian teori dan metode, pertanyaan-pertanyaan itu akan dielaborasi lagi menjadi sejumlah pertanyaan spesifik dan terukur.

Dengan adanya rumusan pertanyaan tadi, judul penelitian 100 persen sudah ada di tangan. Berdasar topik dan pertanyaan-pertanyaan utama itu, bisa dirumuskan judul penelitian semisal "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Warga Jakarta terhadap Pandemi Covid-19 dan Akseptasi terhadap Vaksin Covid-19."  

Kok, judulnya panjang.  Tak masalah.  Memang perlu detil.  Soalnya itu judul proposal penelitian.  Harus menggambarkan sekaligus topik dan pertanyaan penelitian.

Ingatlah pula, judul proposal penelitian itu sifatnya sementara.  Nanti, setelah laporan atau skripsi selesai disusun, bisa dianggit ulang sehingga lebih menarik.  Tidak kaku seperti itu.  

Misalnya begini.  "Menolak Vaksinasi Covid-19", sebagai judul utama.  Lalu ada sub-judul, "Persepsi tentang Covid-19 dan Akseptasi Vaksin Covid-19 pada Masyarakat Jakarta."  

Atau jika berdasar analisa data hasil penelitian misalnya ditemukan korelasi kuat antara tingkat pendidikan serta agama  dan tingkat akseptasi Covid-19, maka bisa juga dianggit judul yang menggoda, "Pendidikan, Agama, dan Penolakan Vaksin Covid-19 di Jakarta." Menarik, bukan?

***

Saya tidak sedang mengajari rekan-rekan mahasiswa yang sedang stres karena judul skripsi. Saya hanya mengisahkan pengalaman sendiri. Siapa tahu bisa membantu.

Misalkan sudah meneladan pengalaman di atas, tapi Pak Dospem masih menolak judul sjripsi, segeralah temui Ketua Program Studi. Jelaskan duduk perkara sejujurnya. Lalu mintalah penggantian dospem dengan dosen yang bisa menghargai mahasiswa sebagai "rekan peneliti pemula."  

Prinsip kedua, terakhir, jangan pernah menyia-nyiakan waktu menghadapi dospem yang menolak judul skripsi terus-menerus. 

Ingat, mungkin pacar sudah kebelet menanti kelulusan Anda. Jika tak kunjung lulus, jangan salahkan siapa pun kalau Si Dia pindah ke lain hati. Ingatlah, no skripsi no resepsi. (ft)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun