Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengapa Harus Benci Produk Asing?

6 Maret 2021   09:25 Diperbarui: 6 Maret 2021   13:26 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, pastikan efisiensi dalam proses produksi barang-barang dalam negeri.  Antara lain melalui kebijakan deregulasi untuk memangkas biaya-biaya tak langsung seperti biaya administrasi, pajak, bea/cukai, dan lain-lain. Juga melalui pembaruan teknologi produksi yang lebih efisien.

Jika untuk mutu yang sama panci buatan Cina jauh lebih murah ketimbang buatan dalam negeri, ya, jangan salahkan rakyat kecil jika lebih memilih panci buatan Cina. Rakyat bukannya cinta panci Cina, tapi benci harga mahal panci Indonesia.

Keempat, pemerintah perlu punya kemauan dan komitmen politik ekonomi untuk menjadikan produk domestik menjadi raja di Indonesia. Jargon "cinta produk sendiri, benci produk asing" hanya omong kosong bila tidak diartikulasikan dalam strategi, kebijakan, dan program pembangunan industri domestik.

Demikianlah, ajakan "benci produk asing" dari Presiden Jokowi harus dipahami menurut konteksnya. Lalu ditanggapi secara bijak, dan dijalankan dengan tuntunan akal sehat. Jangan langsung julid binyir, judes lidah bibir nyinyir kepada presiden.(*)

Rujukan:

[1]   "Benci Produk Asing, Jokowi: Gitu Aja Ramai", okezone.com, 5/3/2021.

[2]  "Jokowi:  Gaungkan Benci Produk Asing!" detik.com, 4/3/2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun