Tentu saja tidak semua orang Batak yang minum tuak di lapo tuak berujung mabuk. Masih banyak yang minum cukup segelas dua gelas. Hanya sebagai penawar rasa lelah kerja seharian. Sekaligus menghangatkan badan melawan cekaman udara dingin Tanah Batak.
Mereka itu tergolong peminum tuak yang beretika, tahu batas. Mereka selalu saling-mengingatkan antar teman agar tidak sampai mabuk. Kalaupun ada yang mulai menunjukkan tanda-tanda mabuk, biasanya langsung disuruh pulang ke rumah.
Etika minum tuak. Itulah yang seyogyanya ditegakkkan di lingkungan orang Batak. Tuak diproduksi dengan cara menghormati nira, menghormati alam. Tuak aslinya juga adalah minuman adat, minuman kehormatan, minuman para dewa, air susu ibu. Karena itu tuak harus dinikmati juga dengan cara terhormat, mencerminkan adat dan adab yang tinggi, dan mencerminkan penghormatan terhadap diri sendiri dan adat Batak.
Mari, angkatlah tuak ke tempat terhormat, minuman adat untuk orang yang beradat dan beradab tinggi.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H