Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Derita Seorang Profesor Gadungan di Kompasiana

18 Februari 2021   20:51 Diperbarui: 18 Februari 2021   20:54 1269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada profesor gadungan di Kompasiana? Ada! Mau tahu namanya? Ya, tepat, Felix Tani.

Siapa yang membongkar kegadungan gelar profesor pada Felix Tani? Ya, Felix Tani sendiri. Memangnya ada orang yang lebih berani dari dia?

Gadungan itu artinya palsu. Kawe, kaleng-kaleng, tong kosong, panci bolong, dompet kosong, atau apalah. Sebut dia dengan panggilan yang paling kau benci.

Felix Tani itu, berani taruhan, tak pernah mengaku-aku profesor. Bukan tabiatnya. Lha, terus, bagaimana ceritanya, kok dapat gelar profesor di Kompasiana.

Persalahkanlah Prov(okator) Al Pebrianov dan Mas Susy untuk kekacauan ini. Merekalah yang memulai panggilan Prof untuk Felix Tani. Lalu yang lain mengikuti tanpa tanya. Ciri khas warganet, langsung percaya. Kalau ketahuan bohong, hujat!

Tapi Prov Al Peb dan Mas Susy tak pernah mengaku salah. Jadi, ya, percuma menyalahkan mereka. Sudah kebal dan bebal. Bikin sebal.

Oleh karena itu sekarang saya menyalahkan orang baru saja. Saya pilih Duo Daeng: Daeng Khrisna Pabichara dan Daeng Rudy Gunawan. Merekalah yang paling aktif kini mempromosikan gelar profesor gadungan Felix Tani. Mudah-mudahan urat salah nereka belum putus.

Sejatinya saya menderita dipanggil Prof. Itu bertentangan dengan nuraniku. Sebab kusadari, saya bukan seorang profesor, guru besar atau ahli peneliti utama (APU). Saya hanya seorang petani benih yang pernah belajar Sosiologi. Lalu akhir-akhir ini mengulik Batakologi. Itu saja.

Karena itu, tolonglah rekan-rekan kompasiner berhenti memanggil saya Prof. Tak ada tampanglah Felik Tani digelari profesor. Lha, petani gurem kok profesor. Apa kata tikus, padi, dan jagung? Bisa habis saya dipersekusi memedi sawah.

Tak baik pula memberi gelar Prof pada seorang yang bukan profesor. Kendati itu sekadar profesor humoris causa, bercanda.  Kasihan peofesor benaran seperti Mas Ronny, Pak Apolo, Bli Ketut, Bu Suprihati, dan Mas Ludiro.

Juga kasihan Mas Ozy dan Eja Gui yang sudah jenuh dengan gelar MS di belakang namanya. MS, Masih Sendiri.

Tapi yang paling kasihan Daeng Khrisna dan Daeng Rudy. Mereka sangat berharap disangka profesor, tapi takada yang mau salah sangka. Miris.

Eh, tapi ngomong-ngomong, baik mana, ya. Bukan profesor tapi disangka profesor atau profesor sungguhan tapi disangka kompasianer? 

Au ah glaph! Srah loe ajah! (*)

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun