Berita duka membasahi WAG Asbenindo pagi ini, Sabtu, 6 Februari 2021, pukul 06.25 WIB. Seorang rekan pengurus mengabarkan: "Telah berpulang kerahmatullah, Bapak H. Winarno Thohir, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional."
Pak Win, panggilan akrabnya, pergi menghadap Sang Khalik tepat pukul 04.00 pagi hari ini di RS Pertamina Cirebon. Keluarga yang ditinggal, isteri dan tiga orang anak, di rumah kediamannya di Sliyeg, Indramayu, tak akan mendengar tawa tulus renyah Pak Win lagi.
Saya segera mencari kabar musabab kepada seorang rekan pengurus KTNA. Dikabarkan, Pak Win pergi karena terpapar Covid-19. Â Musabab yang menambah duka, luka dan amarah. Lagi, pandemi Covid-19 telah merenggut seorang putra terbaik bangsa dari tengah-tengah kita.Â
Pak Win, dalam posisi terakhirnya selaku Ketua Umum KTNA Nasional, terhitung sejak  tahun 2000, sungguh seorang pejuang tani tak kenal lelah. Dia adalah sosok penghubung kepentingan  petani Indonesia dengan kebijakan pemerintah Indonesia.Â
Sebagai pejuang tani, Pak Win tak kenal lelah bolak-balik antara petani dan presiden. Dia gigih memperjuangkan nasib dan kepentingan petani: harga hasil tani, harga dan pasokan pupuk, pembatasan impor pangan, pasokan benih unggul, sampai teknologi maju pertanian. Â Semua berujung pada target peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP), kesejahteraan petani.
Untuk memperjuangkan NTP tinggi itu, Pak Win membangun jaringan luas dengan pejabat perentah di semua bidang dan tingkatan, DPR segala tingkatan, Â pengusaha pertanian dan industri dan, tentu saja, petani dan nelayan di seluruh Indonesia. Bisa dipastikan, Pak Win adalah petani dengan modal jaringan sosial-politik paling luas dan paling kuat di Indonesia.Â
Pak Win adalah persona yang akan menggunakan segala cara yang mungkin, sejauh tak melanggar hukum, demi kepentingan petani. Suatu hari di tahun 2011, menjelang tanggal 22 Juni, hari puncak Penas KTNA XIII di Tenggarong, Kaltim, sebuah pesan SMS masuk di hape saya, "Pak Felix, kalau Pak SBY tak hadir di Tenggarong tanggal 22 Juni, petani akan rame." Saya langsung balas, "Maaf Pak Win, saya bukan Velix Wanggai, Staf Ahli Prsiden SBY." Kejadian lucu itu hanya bukti remeh-temeh, betapa Pak Win enggunakan segaka upaya demi memperjuangkan nasib petani.
Sebagai petani benih, saya cukup sering bertemu dan diskusi dengan Pak Win dalam berbagai kegiatan rapat, seminar, dan diskusi tentang pembangunan masyarakat petani dan pertanian. Â Biasanya, Pak Win menjadi narasumber dan saya diskusan atau peserta. Pak Win seorang yang rinci dengan data, kritis, dan punya visi jauh ke depan tentang pertanian Indonesia. Suatu pembicaraan tentang pertanian, tidak lengkap jika tak mendapat masukan dari Pak Win.
Saya terakhir satu layar bersama Pak Win dalam Webinar Pertanian Natural tanggal 19 Agustus 2020. Dalam webinar yang diselenggarakan KTNA itu, dihadiri 500-an orang, Pak Win menjadi pembicara kunci dan saya salah seorang nara sumber. Â
Webinar itu bermaksud meninjau-ulang kebijakan pembangunan pertanian yang bias pada teknologi modern takramah alam. Â Pertanian natural dimajukan sebagai koreksi mendasar, sekaligus upaya menyehatkan bumi.
Beberapa minggu setelah webinar itu, Pak Win dan saya, serta beberapa rekan dari KTNA berdiskusi di sebuah kedai kopi di bilangan Jakarta Selatan. Â Kami bersepakat untuk menggagas dan menjalankan Sekolah Pertanian Alami, dengan kegiatan utama pelatihan dan pengembangan pertanian natural tropis.Â