Agar tak bertegang urat leher, kita sepakati dulu erti kata "fanatik". Â Kita merujuk kbbi.web.id saja. Di situ tertulis /fa.na.tik/ a teramat kuat kepercayaan (keyakinan) terhadap ajaran (politik, agama, dan sebagainya). Jelas, ya. Jangan ada erti lain.
Jika dikenakan pada Kompasiana, maka Kompasianer fanatik adalah orang yang teramat kuat keyakinannya terhadap ajaran Kompasiana. Contoh ajaran Kompasiana: jika dalam sebulan keseluruhan artikel meraih 1,500 UV, maka Kompasianer mendapat K-Rewards.
Nah, Kompasianer Fanatik sangat yakin ajaran itu. Padahal belum tentu benar. Buktinya, Pak Tjip tak kunjung terima K-Rewards. Sehingga beliau nenyumbangkan nominalnya, bukan uangnya, lho, kepada Min K terkasih.
Dalam teori terorisme, fanatisme itu diyakini memicu radikalisme, lalu radikalisme memicu ekstrimisme, dan ekstrimisme menciptakan terorisme. Di sini aku jadi takut.Â
Hal teror dari Kompasianer Fanatik itu bukan isapan jempol (jorok banget, ya). Saya adalah saksi korban. Setiap kali saya menulis artikel yang mengritik Min K atau sesama Kompasianer, selalu ada seorang Kompasianer Fanatik yang meneror dengan artikel balasan yang membabak-belurkan. Saya tak perlu menyebut nama aslinya. Tapi saya biasa menyebutnya Prov(okator) Al Pepeb Nircalana.
Sekarang, rasa takutku bertambah. Sebab ada seorang lagi Kompasianer yang berjibaku untuk menjadi Fanatik. Tahu, dong siapa dia. Saya biasa memanggilnya Bang (M. Sya)Fei, ya, Bang Fei. Menjadi Fanatik malahan dijadikan resolusinya tahun 2021 ini.
Jika ditanya kenapa Bang Fei ingin jadi Fanatik, maka jawabnya, "Pengen aja. Masalah buat loe?" Itu logika ular gigit ekor, ciri fanatisme buta. Kepada ular itu pernah ditanya kenapa gigit ekor. Jawabnya, "Ekor, ekor gue. Gue pengen gigit, emang napeh. Masalah buat loe?"
Ampun, deh. Ya, jelas masalah buat gue, Bang Fei. Kalo loe jadi Fanatik, Â makin gak aman aja hidup gue selaku kritikus Min K dan K'ners garis depan. Tambahan teror dari satu orang lagi K'ner Fanatik cukup untuk menamatkan karir gue sebagai kritikus, Bang. Â
Min K, saya protes keras. Mengritik itu hak asasi. Kenapa saya tidak mendapat perlindungan dari serangan teror K'ner Fanatik.Â
Tolonglah, min K. Â Hidupku di Kompasiana sungguh tak mudah belakangan hari ini. Selain ancaman teror dari K'ner Fanatik, saya juga dipersekusi anggota FDK (Forum Diari Kompasiana), organisasi tanpa bentuk (OTB) bikinan Daeng Khrisna Pabichara.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H