Perhatikan, angka pv terlalu jauh jaraknya dengan angka penilaian dan angka komentar. Â Karena itu bisa disimpulkan mayoritas pembaca artikel populer itu bukan Kompasianer.
Diperkirakan pembaca utama adalah khalayak non-Kompasianer. Â Hal itu dimungkinkan karena sebagian besar artikel itu (13 judul dengan label Pilihan) disebarkan Admin K juga melalui Twitter Kompasiana. Â Lalu, para penulis, termasuk KNV, juga memasarkan artikelnya lewat jalur medsos masing-masing. Â Berlaku di sini mekanisme penyebaran virus, sehingga tulisan menjadi viral.
Cermin Mutu Artikel Fiksi?
Popularitas tak berbanding lurus dengan kualitas. Itu kesimpulan lanjut dari analisis ini. Â Untuk ukuran kualitas,rujukannya adalah kurasi Admin K: Tanpa Label (mutu rendah), Label Pilihan (mutu sedang), dan Label Artikel Utama (mutu tinggi). Â Faktanya: Â 13 artikel fiksi populer itu Pilihan dan 7 judul Tanpa Label. Â
Apa yang bisa dikatakan di sini? Â Artikel-artikel di ruang Fiksiana umumnya bermutu tengahan (cukupan, average). Â Kecenderungannya menumpuk pada dasar dan tengah piramida mutu.
Faktanya, artikel-artikel Fiksiana memang tergolong paling langka populasinya di barisan Artikel Utama Kompasiana. Â Itu saja sudah cukup sebagai dasar mengatakan mutu artikel Fiksiana Kompasiana tidak menggembirakan. Â Banyak penulis, tapi sedikitlah panenan artikel bermutu.
Ini rada aneh sebenarnya. Sebab tak kurang penulis fiksi mumpuni di Kompasiana. Ada Uda Zaldy, Ayah Tuah, Daeng Khrisna, Bu Lilik, Â Mas Abdullah, dan Mas Aji untuk menyebut beberapa nama dari barat sampai ke timur. Â Semua KVB.
Tapi, ya, itulah, mutu puisi atau cerpen mereka agaknya masih di bawah standar Admin Kompasiana. Jarang yang nangkring di ruang AU.
Tapi mungkin tak kuat juga korelasi mutu artikel fiksi dengan status verifikasi. Faktanya, memang artikel 2 orang KNV tak mendapat label. Tapi dari 3 orang KVB hanya 2 artikel tergolong Pilihan, 1 judul lagi Tanpa Label. Â
Pada akhirnya, dari sisi pesimistik, bisa dibilang, "Untuk meraih posisi artikel fiksi terpopuler, seorang Kompasianer tidak perlu terverikasi biru dan tak perlu menulis karya fiksi bermutu tinggi. Cukup menulis karya bermutu tengahan, atau rendah juga boleh, asalkan topiknya tren dan disebarkan melalui akun medsos pribadi."
Itu tadi kesimpulan pesimistik yang tak perlu dimasukkan ke dalam hati. Â Bagaimanapun, jauh lebih penting dari sekadar kuantitas (viral), hal yang harus dikejar adalah kualitas. Â Jika tidak, maka kita selamanya akan terjebak dalam penjara "kasta penulis rendahan."