Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Harapan Penemuan Padi Anti-Pupuk dan Anti-Pestisida

8 Januari 2021   15:09 Diperbarui: 12 Januari 2021   05:37 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padi unggul hasil teknologi edit gen bisa menjadi pilar ketahanan pangan Indonesia di masa depan. Bayangkan bila teknologi itu membuahkan padi hemat air, adaptif di lahan marginal (kering, gambut, pasang-surut), tak perlu pupuk, dan tak perlu pestisida. Niscaya untuk mencapai tingkat ketahanan pangan, atau bahkan surplus pangan, tak perlu mencetak sejuta hektar sawah di luar Jawa.  

Varietas padi seperti itu, jika berhasil ditemukan, bisa langsung ditanam secara ektensif di jutaan hektar lahan kering di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Jika itu terwujud, maka jargon Indonesia Feed the World akan menjadi kenyataan.

Dari keterangan rekan Ronny R. Noor, saya mendapat informasi bahwa para peneliti pertanian di Bogor (IPB dan Balitbangtan) kini sedang fokus pada riset edit gen padi, guna menemukan varietas unggul yang diperlukan untuk mendukung pencapaian target ketahanan pangan nasional.  

Saya pikir riset tersebut perlu mendapat dukungan kebijakan dan dana dari pemerintah. Saya usul agar riset edit gen padi, dan tanaman pangan lainnya (jagung, kedelai), ditetapkan menjadi Prioritas Riset Strategis Nasional. 

Menurut pandangan saya pribadi, sebagai petani penangkar benih, menemukan satu varietas padi hemat air, adaptif lahan marginal, anti-pupuk, dan anti-pestisida jauh lebih besar dampak strategisnya terhadap pencapaian ketahanan pangan nasional, ketimbang membangun kebun pangan (food estate) skala raksasa di Luar-Jawa sana.  

Biaya riset edit gen padi sangatlah kecil dibanding biaya pembangunan kebun pangan. Lagi pula, kebun pangan yang luas tidak akan banyak manfaatnya, jika benih yang ditanam adalah benih padi inbrida biasa seperti sekarang ini.

Demikian, Poltak Center menulis dari Gang Sapi, Jakarta.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun