Total jumlah umat yang boleh hadir dalam Misa Luring di Geraja Santa hanya 240 orang dalam sekali ibadah. Itu sekitar 20 persen dari kapasitas maksimum gereja. Usianya pun dibatasi pada selang 18-59 tahun. Umat berusia di luar selang itu, ikut misa daring di rumah.Â
Atau bisa juga ikut Misa Hibrid, daring tapi ada anggota keluarga yang, lewat belarasa.id, mendaftar sebagai petugas pembagi komuni bagi keluarganya. Petugas ini, setelah mengikuti Misa Luring, akan mengambil Hosti Kudus di gereja untuk diterimakan kepada keluarganya.
Begitulah penata-laksanaan tanggungjawab sosial dijalankan oleh Gereja Katolik KAJ. Â Kelengkapan data umat dalam BIDUK sangat menentukan di sini. Bersyukur pendataan Gereja Katolik sangat bagus. Nama, jenis kelamin, tanggal lahir, Â pendidikan, pekerjaan, dan alamat setiap umat Katolik tercatat secara akurat di situ. Sehingga sangat kecil kemungkinan orang luar paroki atau sembarang orang bisa masuk ke dalam gereja.Â
Begitu juga, umat yang tinggal di "wilayah merah Covid-19 " tidak dimungkinkan ikut Misa Luring. Sistem belarasa.id akan nemblokir "wilayah merah" sehingga umat yang tinggal di situ tidak bisa mendaftar ikut Misa. Â Identifikasi "wilayah merah" dan "wilayah hijau" dilakukan Gugus Tugas Covid-29 Paroki, dengan merujuk pada data pemerintah.
***
Kami sekeluarga mengikuti Misa Perayaan Natal pukul 17.00 WIB. Untuk menghindari antrian panjang, kami sudah tiba di gereja pukul 16.15 WIB. Setelah cek suhu tubuh dan verifikasi QR Code tiket Misa, kami masuk dan mengambil tempat duduk. Masih dapat satu bangku untuk berempat. Â
Dari Gua Natal, selebran dan prodiakon beriring naik ke pelataran altar gereja.  Lagu klasik Malam Kudus bergema mengiring,  dilantunkan kelompok koor kecil bersama umat.
"Malam kudus, sunyi senyap,
Dunia terlelap
Hanya dua berjaga terus
Ayah Bunda mesra dan kudus
Anak tidur tenang, Anak tidur tenang"
Saya harus menahan air mata agar tak sampai menetes saat menyanyikan lagu itu. Rasa syukur, haru, dan sedih bercampur di kalbu. Syukur karena masih diberi umur untuk merayakan hari kelahiranNya; haru karena boleh menjadi minoritas yang  merayakan Natal di gereja; sedih karena perayaan serba terbatas akibat kondisi pandemi yang masih berkelanjutan.
Kondisi serba terbatas itu tercermin dari jumlah umat yang terbatas, pohon natal yang sahaja, dan hiasan bunga altar yang minimalis. Juga, saat melantunkan lagu Malam Kudus, umat tidak menyalakan lilin di tangan dalam temaram lampu gereja. Â Itu tidak biasa.