Bukan penyimpang, tapi penganut mazhab regularismelah yang paling berpeluang memenangi kontestasi K'nival. Contoh kongkritnya adalah Mas Ozy yang taat pada regulasi sekolah. Atau Romo Bob yang taat pada regulasi kongregasinya. Juga Mas Eka yang taat pada regulasi resep masakan tradisional Banjarmasin.
Jangan kata memenangi kontestasi, untuk dipahami pun tak mudah untuk penyimpang, atau katakanlah untuk seorang kenthiris. Saya contohnya. Menulis artikel serius, tetap saja ada rekan K'ners yang memberi label MENGHIBUR. Ini mengingatkan saya pada rekan Jati Kumoro, Prof. H(abulisme) C(ausa), yang mendapat label MENGHIBUR untuk artikel-atikel tentang prasasti dan candi yang ditajanya. Siapa yang kenthir sebenarnya di K ini?
Kini, timbul rasa sesal di hati, kenapa saya harus memperkenalkan mazhab kenthirisme di K. Sebab saya khawatir mazhab ini akan merusak otak rekan-rekan milenial yang baik-budi lagi patuh nasihat ibu dan guru. Saya tidak sebut bapak karena menurut Min K, ibulah sekolah pertama. Berarti bapak cuma kepala sekolah.
Berpikir tentang rasa sesal itu, saya menjadi ragu untuk menulis lima artikel lagi untuk menggenapi seribu tulisan di K. Tapi, kata orang Batak, "Uduti bogasmi asa unang jorbut nipimi", lanjutkan langkahmu agar tidak mimpi buruk. Baiklah, saya akan teruskan menulis lima artikel lagi, karena sedang malas bermimpi buruk.
Tapi, pabila artikel keseribu sudah tayang sebagai penggenap, lalu, mau apa selanjutnya. Â Nenek Si Poltak pernah bilang, "Botoma amang andigan maradian", "Kau harus tahu kapan istirahat." Nasihat yang sangat bijak, saya pikir. Lagi pula, eman-eman jika harus merusak keindahan angka genap 1000.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H